Hampir Tiga Bulan, Karhutla di Penyaguan Inhu Belum Padam Total
RIAUMANDIRI.CO, RENGAT - Kebakaran Hutan dan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di desa Penyaguan kecamatan Batang Gansal sejak hampir tiga bulan lalu, hingga saat ini belum dapat dipadamkan secara total oleh tim Karhutla kabupaten dan tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDBD) Provinsi Riau.
"Beberapa tempat terjadinya Karhutla seperti di Desa Talang Jerinjing kecamatan Rengat Barat, sudah dapat dipadamkan. Namun untuk Desa Penyaguhan hingga saat ini belum bisa dipadamkan secara total," ungkap Kepala BPBD Inhu, R Agus Widodo, Ahad (26/8/2018).
Menurutnya, ketebalan gambut dan sulitnya mendapatkan air menjdi penyebab utama mengatasi Karhutla di daerah tersebut. Ditambah lagi di bagian Inhu lainnya sudah turun hujan, namun di lokasi kebakaran belum sekalipun turun hujan.
Untuk memadamkan api di Penyaguhan tersebut, selain tim dari Manggala Agni, BPBD Inhu, Polisi, TNI dan Masyarakat Peduli APi (MPA), pemadaman juga dibantu oleh pihak BPBD Provinsi Riau. Empat helikopter Water Bombing juga sudah dikerahkan untuk memamkan api, namun hasil maksimal belum bisa tercapai.
Menurut Widodo, saat ini memang bisa dikatakan belum padam secara total, namun kerja keras tim sudah mampu menghambat lajunya penyebaran api. Secara keseluruhan api yang muncul sudah sangat minim, namun lahan masih terus mengeluarkan asap dari dalam gambut tersebut dan jika tidak diatasi bisa saja api akan membesar kembali dan akan kembali sulit diatasi. Tim terus berupaya agar api yang ada di dalam gambut dapat padam secara total.
Diakuinya, beberapa kejadian kebakaran terjadi pada lahan gambut. Kebakaran pada gambut ini sangat berpotensi munculnya asap yang mengganggu jika tidak segera dituntaskan.
Praktik pembukaan lahan dengan membakar di tengah cuaca yang panas dan kering di beberapa wilayah menjadi salah penyebab terjadi karhutla akhir-akhir ini.
Widodo menjelaskan kondisi gambut pada musim kemarau akan sangat kering sehingga mudah terbakar. Sebab, gambut mengandung bahan bakaran berupa bahan organik sisa tumbuhan sampai di bawah permukaan.
Dikatakannya, api di lahan gambut bisa menjalar di bawah permukaan tanah secara lambat dan sulit dideteksi. Hal itu menciptakan asap tebal."Oleh karena itu, pemadaman pada lahan gambut dibutuhkan energi dan waktu yang lebih besar dibandingkan pemadaman pada tanah mineral atau non-gambut," tambahnya.
Reporter: Eka BP