Polisi Diduga Gunakan Peluru Tajam
Aziz mengaku trauma bertemu polisi. Kondisi itu karena pengalaman buruk yang dialami saat pihak kepolisian dari Mapolres Indragiri Hulu tengah melakukan penggerebekan di rumah ayahnya, Bi pada Kamis (19/2) lalu.
Sebelumnya Bi merupakan target pihak kepolisian dalam dugaan penjarahan yang dilakukan Bi di lahan sawit PT Panca Agro Lestari (PAL) yang kini masih terkait kasus sengketa dengan warga sekitar.
Saat itu, polisi mengerahkan seratus personel menangkap Bi di rumahnya yang berlokasi di Desa Kuala Sungai Akar. Menurut penuturan Kapolres Inhu AKBP Ari Wibowo, yang memimpin penggerebekan tersebut, saat itu aparat kepolisian hanya menggunakan peluru karet.
Namun hal tersebut dibantah Aziz, yang menuturkan, saat itu polisi menggunakan peluru tajam.
"Mereka menggunakan peluru tajam, ini buktinya," ucap Aziz sambil menunjukan sebuah peluru aktif dan satu peluru timah yang sudah penyek. Dua butir peluru itu ditemukan Aziz di belakang rumah Bi.
"Saat itu saya menemukan peluru di belakang rumah, peluru penyek ini saya temukan di dalam rumah," ucapnya.
Menurut Aziz peluru penyet itu ditemukan menempel di dinding, karena saat ditembakan peluru itu tak dapat menembus tebalnya dinding. Sementara di buntut peluru aktif tersebut tertulis nomor pin peluru dengan angka 5.56.
Selain menemukan peluru, Aziz juga menemukan dua buah kotak peluru tajam yang sudah kosong.
Kotak tersebut bertuliskan munisi kaliber 44 mm dan dibawahnya tertulis MU53-AR A1. Berdasarkan keterangan yang tertulis di kotak peluru, disebutkan peluru itu diproduksi PT Pindad (Persero) Indonesia. Penemuan dua kotak peluru yang sudah kosong itu, membuat Aziz bertanya-tanya kemana habisnya peluru sebanyak itu.
"Kemana habisnya peluru sebanyak itu, kok bisa kosong kalau nggak digunakan," ucap Aziz. Ia juga mengesalkan akan tindakan brutal pihak kepolisian saat melakukan penggerebekan.
"Saat itu ada anak-anak di dalamnya, kenapa mereka berani menembakan senjata," ucap Aziz. Selain itu, terlihat sejumlah perabotan dalam rumah yang dirusak oleh polisi.
"Kursi kita dikoyak dengan pisau, terus sejumlah pintu kamar dijebol hanya untuk mencari Bi," ucap Aziz. Meskipun begitu, Aziz membenarkan bahwa Bi melakukan perlawanan terhadap pihak kepolisian saat dilakukan penggerebekan.
"Waktu itu, ayah saya memang membacok polisi," ucap Aziz. Meski begitu, ia masih tidak terima dengan proses penggerebekan yang dilakukan oleh polisi terhadap keluarganya.
"Kami diperlakukan seperti teroris, keluarga saya kan tak ada kaitannya" ucap Aziz. Terkait hal tersebut, Ari berkata pihaknya telah melakukan penggerebekan sesuai prosedur kepolisian.
"Kita lakukan sesuai prosedur, kita sudah menyebar anggota untuk mengamankan lokasi serta mengungsikan warga," ucap Ari. Terkait peluru tajam yang ditemukan di sekitar rumah Bi tersebut, Ari mengaku tak tahu. "Saya tidak pernah memberikan instruksi penggunaan peluru tajam, saat itu saya hanya memerintahkan untuk menggunakan peluru karet," ucapnya.
Terkait pengrusakaan sejumlah perabotan di dalam rumah Bi tersebut, Ari berkata bahwa pihaknya bersedia menerima pengaduan warga.
"Kalau merasa tidak puas atas aksi kemarin laporkan saja ke Propam, nanti akan kita ladeni," ucap Ari. Ari tetap menghargai hak warga terkait ketidak puasan warga terhadap perlakukan aparat selama penggerebekan tersebut.
Terkait sertifikat serta sejumlah uang yang disita kepolisian itu, Aziz berkata, surat tersebut tidak ada hubungannya dengan lahan yang bersengketa saat ini.
Sementara itu, Ari menyebut, sampai saat ini pihak kepolisian masih memeriksa keabsahan sertifikat yang disita saat penggerebekan tersebut. ***