Drama Jokowi Deklarasi Cawapres dan Kegagahan Prabowo Saat Daftar Pilpres
RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Rentetan deklarasi dan pendaftaran capres/cawapres 2019 oleh Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin serta Prabowo Subianto-Sandiaga Uno telah usai. Masing-masing kubu memiliki warna-warna tersendiri saat deklarasi dan pendaftaran Pilpres di KPU.
Seperti pada kubu Jokowi dengan Koalisi Indonesia Kerja saat mengumumkan cawapres di Restoran Plataran Menteng, Jakarta, Kamis (9/8). Drama penentuan cawapres terjadi di menit-menit akhir di mana Jokowi akhirnya memutuskan Ma'ruf menjadi cawapresnya. Padahal sebelumnya, Mahfud Md digadang-gadang jadi cawapres dan diminta standby tak jauh dari Plataran Menteng.
"Terlepas Pak Mahfud sangat punya kompetensi, tetapi ada barrier sebut saja dari PKB atau PDIP karena bagaimana menyangkut langkah di Pileg 2019 dan 2024. Sehingga kemudian muncul drama, Pak Mahfud yang dikonfimasi paginya menerima realitas politik. Artinya realitas kompetisi di sesama internal parpol terutama menyangkut figur yang diterima tanpa menyebabkan turbulence. Jadi, aspek dramatis pada figur," ujar Analis Komunikasi Politik UIN Syarif Hidayatullah, Gun Gun Heryanto kepada wartawan, Jumat (10/8/2018).
Saat Jokowi sudah mengumumkan koalisi, kubu Prabowo baru menyusul deklarasi jelang pergantian hari. Sebab, sempat terjadi dinamika di internal koalisi Prabowo. Apalagi Partai Demokrat (PD) tak hadir saat deklarasi Prabowo-Sandiaga, meskipun ujung-ujungnya PD berlabuh ke Koalisi Prabowo.
"Pola dukungan Gerindra dan Partai Demokrat jelang injury time terjadi kekisruhan di media sosial, misalnya Pak Andi Arief dengan Pak Arief Poyuono sampai injury time Partai Demokrat tak berada di lokasi deklarasi," kata Gun Gun.
Beda deklarasi, beda juga momen saat kubu Jokowi dan Prabowo mendaftarkan diri ke KPU hari ini. Tokoh-tokoh yang hadir saat pendaftaran Jokowi ke KPU dinilai lebih menunjukkan hierarki kekuasaan di parpol di mana tokoh sentral terletak pada ketum dan sekjen parpol, meski pidato Jokowi terlihat lebih membumi dibanding Prabowo.
"Jokowi equalitarian style. Itu terlihat dari menggandeng tangan Ma'ruf Amin dan jauh lebih mudah dengan bahasa yang biasa (saat pidato)," ujar Gun Gun.
"Jokowi lebih equalitarian, lebih model kesetaraan. Dia casual, lebih menunjukkan kebersahajaan," imbuhnya.
Sementara itu tokoh-tokoh yang hadir saat Prabowo mendaftarkan diri ke KPU lebih variatif. Selain para ketum dan sekjen, hadir juga tokoh lain seperti Amien Rais, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), hingga Titiek Soeharto. Untuk nama yang terakhir, kehadiran Titiek sekaligus menunjukkan arah dukungan politik keluarga Cendana.
"Itu termasuk menjadi indikasi ke mana kekuatan Tommy Soeharto dan Partai Berkarya, keluarga Soeharto berlabuh. Kalau diperhatikan kehadiran Mbak Titiek bisa jadi simbol keluarga Soeharto ke mana," jelas Gun Gun.
Soal pidato yang disampaikan, Prabowo berbeda dengan Jokowi. Prabowo menunjukkan pidato berapi-api dari atas sunroof mobil. Prabowo seolah hendak menunjukkan atau pamer kekuatan lewat orasi di hadapan pendukungnya.
"Prabowo lebih ke power, otoritas dan dia menunjukkan kegagahan dan lain-lain. AHY sama Ibas menunjukkan mereka sudah sampai di titik akomodasi politik dan representasi mereka jadi pesan Demokrat menyalurkan suara di basis konstituennya," pungkas Gun Gun.