Australia tak akan Tarik Duta Besar
Canberra (HR) - Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop menyatakan, kecil kemungkinan dia akan menarik Duta Besar Paul Grigson terkait eksekusi mati duo Bali Nine.
Bishop mengatakan, ada sejumlah opsi, namun dia menepis kemungkinan pemanggilan pulang Grigson. Sebelumnya, Grigson baru tiba di Indonesia beberapa bulan lalu. Ditemui di atas kapal perang Amerika Serikat, USS Sampson pada Minggu kemarin Grigson belum menyerahkan surat kepercayaan kepada Presiden Joko Widodo.
Harian Australia, Sydney Morning Herald (SMH), Rabu (4/3) melansir, kebijakan serupa juga diambil Negeri Kanguru ketika ada warganya yang dieksekusi mati di Singapura dan Malaysia.
"Dalam dua peristiwa sebelumnya yang berkaitan di Singapura dan Malaysia, tidak ada dalam kasus itu, kami menarik diplomat. Tetapi memang ada beberapa pertemuan dan inisiatif yang bisa ditunda hingga waktu yang tepat," ujar Bishop.
Dia menambahkan, saat ini Australia tetap ingin mempertahankan sebuah hubungan berdasarkan aksi saling menghormati. "Tetapi, tentu ini merupakan sebuah tantangan bagi kami dan hubungan kedua negara sekarang," kata dia.
Namun, Bishop tetap akan menghubungi Menlu Retno LP Marsudi untuk meminta agar Pemerintah Australia tetap diinformasikan mengenai detail eksekusi. Sejauh ini, ujar Bishop, belum ada informasi resmi yang disampaikan. Kemarin , Bishop berbicara dengan keluarga Chan dan Sukumaran.
Pernyataan serupa disampaikan Perdana Menteri Tony Abbott. Pemimpin Partai Liberal yang semula terlihat begitu gencar menekan Pemerintah Indonesia, harus menerima kenyataan bahwa upayanya sia-sia belaka.
Alami Masa Sulit
Malah, dia memperingatkan agar warga Australia tidak melampiaskan kemarahan mereka akibat eksekusi Myuran Sukumaran dan Andrew Chan secara berlebihan. Kendati begitu, Abbott mengakui usai pelaksanaan eksekusi, Indonesia dan Australia akan mengalami masa-masa sulit.
Dia menyebut, jutaan warga Australia merasa muak dan geram mengetahui pelaksanaan eksekusi akan dilakukan dalam waktu dekat. Terlebih Chan dan Sukumaran telah dipindahkan dari Lembaga Pemasyarakatan Kerobokan, Denpasar menuju ke Pulau Nusakambangan pada pagi tadi.
"Saya harus mengatakan kemarahan bukan menjadi dasar yang baik untuk menentukan kebijakan nasional suatu negara dan kemarahan yang berkepanjangan juga tidak bisa dijadikan alasan yang baik untuk menentukan bagaimana Anda bertindak nanti," ujar Abbott.
Dia menambahkan akan melihat bagaimana situasi ini berkembang. Abbott menyebut ingin tetap mempertahankan nilai-nilai yang selama ini dipegang oleh Australia. "Mari kita mengingat bahwa hubungan baik yang terjalin dengan Indonesia sangat penting bagi Australia dan apa pun yang mungkin terjadi dalam beberapa hari ke depan dengan Indonesia, harus dapat kita atasi," ujarnya menuturkan.
Abbott kembali menyatakan, saat ini menjadi momen yang sulit bagi hubungan kedua negara. Kendati begitu, Abbott tetap berharap akan ada mukjizat menjelang eksekusi.
"Saya berharap di menit-menit terakhir, sikap kemurahan hati yang ditunjukkan oleh rakyat Indonesia." Sementara, pemimpin kelompok oposisi, Bill Shorten, enggan menjawab berbagai kemungkinan yang terjadi seandainya Chan dan Sukumaran dieksekusi. Shorten mengatakan, pengandaian itu malah tidak akan menolong nyawa Chan dan Sukumaran.(viv/ivi)