Ada Peran Tusuk Gigi dalam Pembobolan ATM, Kok Bisa?
RIAUMANDIRI.CO - Kreativitas kejahatan tampaknya tak pernah habis seiring semakin canggihnya teknologi pengaman yang dibangun. Fenomena ini terlihat jelas pada kasus kejahatan perbankan yang sebetulnya sudah dilindungi teknologi canggih.
Dalam hal ini, kasus pembobolan ATM yang marak belakangan ini, baik dilakukan dengan cara tradisional maupun skimming. Polisi pun bergerak cepat dan satu-satu mampu menangkapi para pelaku kejahatan pembobolan ATM bank ini.
Kemarin, Kepolisian Daerah DI Yogyakarta mengungkap sejumlah kasus penipuan dan pencurian terhadap pengguna anjungan tunai mandiri (ATM) di provinsi tersebut. Kasus-kasus yang terjadi di Kabupaten Bantul, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Sleman tersebut menambah deretan aksi-aksi kejahatan terkait penggunaan ATM belakangan.
Setidaknya, 17 pelaku pencurian ATM yang kerap beraksi di DIY diringkus. Lima pelaku ditangkap Polresta Yogyakarta, 6 pelaku ditangkap Polres Sleman, dan 6 pelaku lainnya ditangkap Polres Bantul.
Walau terdiri atas beberapa komplotan, semua kompotan pencuri itu menggunakan tusuk gigi setiap melancarkan aksinya. Tusuk gigi digunakan sebagai alat yang membuat kartu ATM calon-calon korban macet.
Tidak kurang enam boks tusuk gigi dan 31 tusuk gigi lainnya diamankan polisi dari tangan para pelaku. Modus yang digunakan terbilang tradisional, jika dibandingkan teknik skimming yang belakangan terungkap di Jakarta.
Sejumlah pelaku juga menerapkan sandiwara kecil dengan berperan sebagai pegawai bank. Bahkan, beberapa pelaku mengeluarkan modal terlebih dulu untuk membuat seragam dan tanda pengenal bank-bank yang menjadi target. "Jadi, seragam dan tanda pengenal itu biar meyakinkan korban, pura-pura membantu korban," kata Direskrimum Polda DIY, Kombes Hadi Utomo, Selasa (20/3/2018).
Kemudian, pelaku yang sudah dipercaya sebagai petugas atau pegawai bank korban, meminta korban untuk menghubungi saja call center yang tertera di mesin ATM. Padahal, nomor itu merupakan nomor komplotannya yang telah lebih dulu ditempel sebelum korban masuk.
Setelah itu, pelaku yang ada di sambungan nomor telepon tersebut menginstruksikan korban menekan tombol-tombol tertentu, yang intinya memberikan data ATM tersebut. Dari situlah pelaku dengan mudah mendapatkan PIN ataupun keterangan kartu ATM lain.
Komplotan-komplotan tersebut langsung melepaskan stiker-stiker call center palsu setelah mendapatkan korban. Hal itu dilakukan demi menghapuskan jejak agar tidak mudah dilacak.
Namun, peribahasa sepandai-pandai tupai melompat akhirnya jatuh juga benar-benar terjadi. Pasalnya, dari begitu banyak stiker yang dilepas setelah beraksi, ada satu stiker yang tertinggal dan lupa untuk dilepaskan.
"Nah, kita mengembangkan penyelidikan dari temuan satu stiker call center yang tertinggal tersebut," ujar Kasatreskrim Polres Bantul, AKP Anggaito Hadi Prabowo, saat menghadiri konferensi pers di Polda DIY.
Kasatreskrim Polres Sleman, AKP Rony Are Setia, menuturkan, untuk Kabupaten Sleman, kerugian yang diakibatkan pencurian-pencurian itu mencapai Rp 20 juta. Namun, angka itu baru didapatkan dari korban-korban yang sudah melaporkan.
Diyakini ada Rp 1 miliar lebih kerugian yang diakibatkan aksi 17 pelaku pencurian ATM itu. Sebab, dari tangan pelaku diamankan setidaknya 16 kartu ATM BRI, 11 kartu ATM BCA, 9 kartu ATM BNI dan 12 kartu ATM Mandiri, serta 36 kartu ATM bank-bank lain dan bermacam kartu ATM kedaluwarsa.
"Jadi, Rp 20 jutaan yang ada di Sleman itu baru yang terungkap (tangkap tangan) dan yang melaporkan," kata Rony.
Salah satu kasus yang menyita perhatian masyarakat terjadi di Jalan Menteri Supeno, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Karena, kasus itu terjadi di ATM Mandiri Indomart pada 22 Januari 2018 lalu, sekitar pukul 15.00, saat banyak orang berlalu-lalang. ***
Sumber : Republika