Biaya Membengkak, Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Mangkrak
RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) menyatakan biaya proyek pembangunan Kereta Api (KA) Cepat Jakarta- Bandung bertambah menjadi USD6,071miliar (Rp81,95 triliun) dari sebelumnya sebesar USD5,9 miliar (Rp80,83 triliun).
Penambahan tersebut disebabkan masuknya biaya asuransi dan komponen debt service reserve accounting (DSRA). Pelaksana Tugas Direktur Utama PT KCIC Dwi Windarto mengatakan, besaran kebutuhan biaya pembangunan kereta cepat sebesar USD6,071 miliar telah lama ditetapkan termasuk biaya asuransi dan DSRA.
”Jadi ada reserve account yang harus ditanggung KCIC karena pinjaman sehingga bertambah dari sebelumnya,” kata Dwi di Jakarta, kemarin.
Dwi menambahkan, sumber pendanaan proyek berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB) sebesar 75% dan sisanya 25% dari PT KCIC.
Seperti diketahui, KCIC merupakan perusahaan patungan antara konsorsium BUMN Indonesia dengan nama PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) yang memegang 60% saham dan konsorsium perusahaan China yang menguasai 40% saham.
Sementara itu, Komisaris PT PSBI Sahala Lumban Gaol menargetkan KA Cepat Jakarta-Bandung tuntas pada 2020. Saat ini pihaknya sedang menuntaskan seluruh persyaratan yang diminta CDB untuk mendapatkan pinjaman.
”Mayoritas persyaratan sudah kami penuhi. Tapi bank itu kan selalu teliti, tidak ada yang mengada-ada, jadi permintaan mereka wajar-wajar saja,” kata Sahala. Sahala menyebutkan, proses pembebasan lahan KA Cepat Jakarta-Bandung akan tuntas pada April 2018.
Saat ini KCIC telah memiliki lahan sepanjang 55 kilometer yang telah diserahkan kepada kontraktor untuk dikerjakan. Adapun total panjang trase KA Cepat Jakarta- Bandung 142 km yang membentang mulai dari kawasan Halim Perdanakusumah ke Tegalluar di Kabupaten Bandung. Sebelumnya pemerintah telah menargetkan pengerjaan konstruksi proyek Kereta Api (KA) Cepat Jakarta-Bandung terlaksana pada Mei 2018.
Proses pembebasan lahan terus berlangsung dan ditargetkan selesai April 2018. Adapun Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan memastikan proyek ini tetap berjalan dan terus mendapat pengawasan pemerintah.
”Yang jelas begini, saya hanya pastikan bahwa proyek ini tetap berjalan. Mengenai teknisnya seperti apa, saya serahkan kepada pelaksana dalam hal ini KCIC,” ujarnya.
Sebelumnya China Development Bank (CDB) akan mengucurkan dana USD500 juta untuk pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Pinjaman tahap awal tersebut dijadwalkan cair Maret mendatang.
”Kami tinggal finalisasi dokumen dengan perbankan. Kita harapkan Maret bisa segera cair,” kata Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian di Jakarta, baru-baru ini.
Pencairan pinjaman USD500 juta tersebut merupakan bagian dari pinjaman yang disetujui CDB dengan total USD 5,9 miliar.
Pencairan pinjaman awal proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung tersebut sempat terkendala untuk dicairkan. Hal itu karena ada keterlambatan pembebasan lahan. CDB mensyaratkan pembebasan lahan harus mencapai 53% dari total lahan jika pinjaman ingin dicairkan.
Rini menuturkan, saat ini pembebasan lahan baru 55 kilometer (km). Rinciannya adalah 22 km lahan yang siap dibangun dan 33 km lainnya masih dalam tahap pembebasan lahan (land clearing).
Dengan masih tersendatnya proses pembebasan lahan, Rini menyebut, pembangunan kereta cepat ini baru bisa selesai pada 32 bulan jam kerja yang dihitung dari Februari 2018 sehingga akan rampung pada Oktober 2020. ”Kami masih sangat berharap. Kan sekarang hitungannya 32 bulan, 32 bulan dari pembangunan. Sekarang sudah mulai land clearing di Halim,” kata Rini.
Sumber: Okezone
Editor: Nandra F Piliang