Lahirkan Pendidik Profetik
Ungkapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, bahwa pendidikan Indonesia saat ini berada dalam kondisi gawat darurat sudah tepat. Pasalnya, menurut data Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang dilansir di New York (1/3/2011), pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-69 dari 127 negara di dunia dengan indeks pembangunan pendidikan atau education development index (EDI) berdasarkan data tahun 2008, yakni 0,934. EDI dikatakan tinggi jika mencapai 0,95-1. Sedangkan dalam Programme for International Assessment (PISA), pendidikan Indonesia menempati posisi ke-64 dari 65 negara.
Fakta tersebut bisa dikatakan sungguh miris dan memprihatinkan. Ibarat dalam dunia kedokteran, pendidikan Indonesia sedang mengidap “penyakit kronis”. Padahal, jumlah sumber daya manusia (SDM) Indonesia sangat melimpah. Berdasarkan data Departemen Perdagangan AS melalui Biro Sensusnya (6/3/2014), jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 merupakan terbanyak ke empat di dunia sebanyak 253, 60 juta jiwa. Sedangkan berdasarkan data Statistik Indonesia tahun 2014, pada tahun 2012/ 2013 jumlah guru sebanyak 55.208, 30.
Namun dengan jumlah sebanyak itu, sejak proklamasi kemerdekaan hingga sekarang, bangsa Indonesia masih belum berhasil “menyelamatkan” pendidikannya dari jurang keterpurukan. Dengan sejumlah menteri pendidikan sejak rezim Sukarno hingga SBY belum ada satu pun yang mampu mendongkrak kualitas pendidikan bangsa ini hingga ke level atas. Bahkan, kualitas pendidikan Indonesia berada di bawah negara tetangga seperti Malaysia. Padahal, dahulu banyak warga asing termasuk Malaysia menuntut ilmu di Indonesia. Akan tetapi kini justru kondisi menjadi terbalik.
Maka, itu menjadi PR (baca: tantangan) berat bagi pemerintahan Jokowi bagaimana dia bersama dengan Menteri Pendidikannya harus mampu menjadikan pendidikan Indonesia berkualitas serta mampu bersaing dengan bangsa-bangsa maju lainnya seperti Jepang, Amerika, dan China. Terlebih, sejak bulan Desember mendatang akan diberlakukan sistem Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Otomatis, itu akan menambah tantangan bagi bangsa Indonesia.
Agar kualitas pendidikan Indonesia segera maju dan unggul, maka selain menuntut peran pemerintah juga dibutuhkan andil masyarakat, terutama bagi warga kampus (baca: perguruan tinggi). Dalam konteks ini, salah satu hal yang sangat menentukan tingkat kualitas pendidikan di negeri ini yaitu pendidik (baca: guru atau dosen).
Salah satu solusi konkret untuk mengatasi masalah pendidikan bangsa ini yaitu agar para pendidik berusaha memiliki karakter dan spirit profetik (kenabian) yang meliputi sidik (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan), dan fathonah (cerdas). Ini sebagaimana salah satu hadist nabi yang secara substansial menjelaskan bahwa ulama’ (pendidik) merupakan pewaris para nabi. Dan dengan semua sifat itu, nabi Muhammad SAW. telah berhasil membuktikan kepada seluruh umat manusia.
Pertama, sidik. Sebagai seorang pendidik, memiliki sifat sidik menjadi suatu keniscayaan. Sebab, bermula dari sifat ini sang pendidik akan dapat mendidik siswanya untuk bersifat jujur. Karena saking pentingnya sifat ini, maka pendidik harus memberikan teladan terlebih dahulu sebelum memerintah kepada para siswanya untuk berlaku jujur.
Kedua, amanah. Sifat kenabian kedua ini juga tidak kalah penting agar dimiliki seorang pendidik. Pendidikan dipastikan akan gagal dikarenakan pendidiknya tidak amanah, karena minim kecerdasan spiritual dan merasa tidak memiliki tanggung jawab terhadap tugas utamanya.
Ketiga, tablig. Setelah sifat pertama dan kedua dimiliki seorang pendidik, selanjutnya sifat ketiga ini juga harus dimilikinya. Sebab, dengan memiliki sifat ketiga ini secara utuh, maka akan membuka peluang besar meraih keberhasilan tujuan pendidikan yang sesungguhnya.
Keempat, fathonah. Adapun sifat keempat ini juga merupakan sifat yang sangat urgen. Sebab, mustahil seseorang bisa menjadi pendidik apabila tidak berilmu. Kalaupun jadi pendidik, pasti sistem pendidikan tidak akan terealisasikan.
Semoga, keempat sifat kenabian tersebut segera dimiliki setiap pendidik di republik tercinta ini. Dengan begitu, kualitas pendidikan Indonesia akan maju dan menjadi taladan bagi bangsa lain. Wallahu a’lam bimurodihi.***
Demisioner Sekum HMI Komtar Walisongo; Peraih Beasiswa Bidikmisi UIN Walisongo Semarang