Wakil Ketua Komisi VIII Yakin Ada Dalang di Balik Penyerangan Tokoh Agama
RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi VIII DPR Iskan Qolba Lubis meyakini adanya dalang di balik penyerangan tokoh agama yang terjadi di daerah Jawa Barat dan Yogyakarta beberapa waktu lalu.
“Kejadian yang punya pola dan masif ini tentu ada ‘dalang’ dibaliknya. Motifnya tentu tidak lepas dari politik. Entah itu pengalihan isu atau kepentingan ekonomi sehingga negara luar melihat Indonesia tidak aman, padahal itu hanya satu dua orang,” kata Iskan, di Komplek Parlemen Senayan, Rabu (14/2/2018).
Ditegaskan, simbol-simbol keagamaan harus menjadi tempat yang clear dan clean dan menjadi tempat manusia berlindung. “Makanya dalam UU internasioanl pun ketika terjadi peperangan, tempat ibadah tidak boleh dihancurkan. Dalam arti, tempat ibadah itu menjadi lokasi terakhir orang berlindung,” ungkapnya.
Politisi dari PKS itu melihat munculnya kasus penyerangan tokoh agama itu tidak terlepas dari kepentingan politik. “Makanya ini dianalisa siapa dalangnya dan apa kepentingan politiknya,” ujarnya.
Sebenarnya menurut dia, aparat keamanan lebih ada akses untuk bertindak dan mencari tahu. "Tapi, ini seperti lempar batu sembunyi tangan, rakyat biasa tidak bisa melakukannya,” ujarnya menyesalkan ketidakcepatan pihak kepolisian mengungkap kasus ini.
Ia menghimbau masyarakat untuk tidak terpancing dengan adanya kegaduhan yang sengaja ditimbulkan sehingga akan ada saling perang di media sosial.
”Kalau tujuan di balik itu untuk timbulnya keresahan, ya tidak usah kita tanggapi, kita serahkan ke pihak kepolisian. Masyarakat jangan terlalu sibuk membahas itu,” ujar Iskan.
Kepolisian Lemah
Secara terpisah, anggota Komisi III DPR RI Erma Suryani Ranik menilai, terjadinya sejumlah kasus penyerangan kepada sejumlah tokoh agama, membuktikan pihak kepolisian lemah dalam mengantisipasi penyerangan itu.
"Saya memantau informasi yang terjadi tentang penyerangan di rumah ibadah. Ini bukti kalau antisipasi dari pihak kepolisian begitu lemah,” ujar Erma, menjawab pertanyaan wartawan, Gedung DPR RI, Senayan, Rabu (14/2/2018).
Menurut politisi Demokrat itu, tensi politik akan meningkat ketika menjelang Pilkada dan Pilpres. Karena itu dia menginginkan pihak kepolisian harus tanggap dan menjaga agar peristiwa seperti ini tidak berkembang secara liar di media, hingga munculnya berita hoaks yang bisa memicu konflik.
”Saya tidak ingin pihak kepolisian berleha-leha dan lengah, karena saya mencurigai penyerangan ini. Contohnya penyerangan terhadap ustadz yang dilakukan orang gila, kenapa bisa terencana, kenapa ada pola yang begitu berdekatan. Ini kalau terus-menerus tidak dilakukan antisipasi oleh penegakan hukum, nanti bisa berkembang liar,” tandas Erma.
Erma juga menyoroti peranan dari intelijen polisi yang menurutnya kurang bisa meredam kejadian kriminal kepada tokoh agama. “Kepolisian ini kan punya intelijen, kenapa masalah ini enggak bisa diantisipasi. Kita begitu miris, ini saat sedang ibadah di gereja malah diserang dengan senjata. Tolong intelijen bekerja untuk mengantisipasi ini,” tegasnya.
Dia meminta kepolisian untuk melakukan investigasi terkait penyebab dan akar masalahnya. “Selain mereka melakukan investigasi, tentu apabila ini terbukti kalau bukan orang gila, maka akan dilakukan penegakan hukum sekeras-kerasnya,” pungkasnya.
Reporter: Syafril Amir
Editor: Rico Mardianto