Ainun, Gadis Mandau Belajar Tenun Siak di Perawang
Ainun Fitri (18) adalah gadis warga Desa Sungai Selodang, Kecamatan Mandau yang berasal dari keluarga kurang mampu. Cita-citanya ingin melanjutkan kuliahnya, namun karena faktor ekonomi Ainun tidak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
Namun hal itu tidak membuatnya patah semangat. Ainun merupakan gadis yang gesit dan ulet serta mau belajar dalam bidang apapun, langsung putar otak. Wanita tamat SMA ini langsung memperdalami ilmu tenun yang baik dan ingin mengembangkan tenun Siak di Kecamatan Mandau.
"Saya asli putra-putri keturunan Melayu Siak, saya tinggal di Desa Sungai Selodang, Kecamatan Mandau. Saya pun ke sini, di Rumah Pintar Perawang ingin memperdalami ilmu tenun Siak. Saya ingin kembangkan serta lestarikan di Kecamatan Mandau, karena di Mandau sendiri tenun Siak sangat langka bahkan tidak ada.
Mumpung masih muda, kita pergunakan seoptimal mungkin untuk berkarya dan belajar melestarikan seni kebudayaan Siak yang sekarang ini sangat minim peminatnya untuk menjadi penenun," ungkap Ainun, Minggu (1/3).
Ditambahkan Ainun, waktu sekolah SMA ia memilih jurusan IPA. Artinya dirinya suka praktik daripada materi atau berbicara di depan orang. Ia merasa sangat cocok dalam mengikuti pembelajaran menenun tersebut. Karena seorang penenun dibutuhkan orang-orang yang teliti serta jeli dalam menyusun bahan serta benang yang akan dijadikan sarung songket maupun kain tenun lainnya.
Kesabaran dan pikiran yang tenang itulah yang dibutuhkan seorang petenun, dan bukan sembarang orang yang bisa melakukannya.
"Setelah saya pikir-pikir, petenun Siak saat ini sangat langka, maka saya ingin sekali memperdalami dan nantinya saya kembangkan di desa. Tentunya kalau modal pribadi saya rasa kurang mampu untuk membeli mesinnya. Kalau bisa nanti setelah saya dan kawan-lawan ini lulus, saya meminta bantu kepada Pemda Siak untuk mesin tenun tersebut. Semoga apa yang kami inginkan bisa terkabulkan, dan yang terpenting sekarang adalah belajar-belajar dan belajar," katanya dengan penuh semangat.
Ditambahkannya, rasa memiliki budaya Melayu itu sudah tertanam di jiwanya. "Jadi kalau bukan kita anak Melayu yang mengembangkan budaya Melayu, lalu siapa lagi? Memang sih pekerjaan menenun ini sangat sulit sekali dan harus telaten atau tekun," ujarnya.
Sementara itu, Kepala PT IKPP melalui staf Humas IKPP Perawang, Murseno, mengatakan pihaknya sudah tiga kali menggelar pelatihan tenun. Peserta rata-rata sangat antusias dan berbakat.
Dijelaskan Murseno, peserta rombongan Ainun ini merupakan peserta angkatan ketiga. Angkatan pertama sudah ada yang mengembangkan tenun Siak ini di Kampung Pinang Sebatang, dekat ferry dan sampai sekarang masih berjalan lancar.
"Namun yang angkatan kedua karena sudah pada menikah, mereka tidak mengembangkan tenun Siak ini. Mungkin karena faktor ekonomi dan lain-lain. Untuk peserta ini, cuma 4 orang yang kita latih untuk membuat tenun Siak. Setelah kita latih dan mereka sudah bisa, maka kita berharap bagaimana supaya tenun songket ini dilestarikan di daerahnya masing-masing. Ini adalah salah satu model tenun Siak yang paling bagus. Kalau mau lihat silahkan jalan ke Rumah Pintar Perawang," katanya dengan penuh bangga. Murseno berharap program ini bisa bermanfaat buat masyarakat dan berjalan dengan lancar.***