UI Undang Budayawan Melayu Riau di Acara Seminar Nasional
RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Diberlakukannya Traktat London, Mei 1824, secara politik memang membelah dunia Melayu ke dalam dua kekuasaan kolonial yang berbeda, Inggris dan Belanda. Tetapi hubungan sosio-kultural masyarakat di kawasan itu tetap tidak terganggu oleh keputusan politik itu.
Jadi, hubungan sosio-kultural masyarakat Melayu ternyata tidak dapat dipisahkan begitu saja oleh sekat-sekat politik. Tidaklah hal itu merupakan modal yang sangat berharga bagi usaha-usaha mengangkat kembali keagungan Melayu sebagai sebuah puak kebudayaan?
Dalam konteks itulah, isu keserumpunan berpeluang menjadi alat perekat. Ia dapat dimanfaatkan untuk menggugah emosi kemelayuan dalam kerangka keserumpunan (regional) dan dalam kerangka hubungan antarbangsa (global).
Lembaga Kajian Indonesia FIB Universitas Indonesia (UI) sangat concern atas kejayaan Melayu terus berupaya mendorong agar kegemilangan itu tegak kembali. Salah satu upaya yang sedang dilakukan adalah dengan mengadakan rangkaian seminar nasional dan internasional secara rutin dan berkesinambungan di negara serantau ASEAN.
Kegiatan ini telah dimulai oleh UI dengan mengadakan Seminar Nasional tentang Memori Kolektif Budaya Melayu yang bertujuan untuk menempatkan kembali semangat keserumpunan sebagai perekat dalam menghadapi arus globalisasi, pada Kamis (30/11/2017), dengan mengundang dua orang tokoh Melayu Riau yaitu budayawan senior drh Chaidir, MM dan Buya Ahmadi Ahmad yang juga sebagai Ketua Satu Keluarga Melayu Riau Chevron dan sekaligus sebagai calon penerus pemegang estafet yang sedang dipersiapkan oleh mantan ketua DPRD Riau tersebut.
Ikut hadir pada acara tersebut Dirjen Kebudayaan dan Datuk Panglimo Nalo sebagai tokoh muda dari Malaya Palembang serta anggota Dewan Penasihat Lembaga Kajian UI Dr Phil Lily Tjahjandari. Selain itu, acara juga dihadiri oleh para tokoh Melayu serantau lainnya, para dosen serta mahasiswa Ilmu budaya yang demikian tekun dan antusias sampai berakhirnya acara dengan jumlah lebih dari 200 orang. (rls/ral)