Tergerus Modernisasi, Konten Budaya Melayu Riau Perlu Penguatan
RIAUMANDIRI.co, Pekanbaru - Dinas Kebudayaan Provinsi Riau terus berusaha untuk meningkatkan pengetahuan kebudayaan Melayu bagi masyarakat Riau, termasuk bagi pendidikan, mulai dari tingkat SD, SMP, dan SMA sederajat. Langkah ini dengan memberikan tambahan pelajaran muatan lokal Budaya Melayu Riau, yang telah diperdakan pada tahun 2013 lalu.
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Riau, Yoserizal Zein, mengatakan, muatan lokal Budaya Melayu memang telah diperdakan dan harus dijalankan oleh seluruh sekolah di Provinsi Riau.
"Pergub dan Perda sudah, tapi kontennya belum. Untuk itu perlu stakeholder lainnya bersama LAM, Dewan kesenian untuk menguatkan konten itu. Dan guru lah yang akan mendampingi murid dalam memberikan pelajaran muatan lokal budaya melayu Riau," ujar Yoserizal, saat membuka workshop muatan lokal Budaya Melayu Riau, kepada guru-guru se Kabupaten/Kota, di Pekanbaru, Senin (25/9) malam.
Dijelaskan Yoserizal, perlunya diberikan pembekalan kepada guru-guru, untuk meningkatkan kapasitas guru dalam memberikan pelajaran tentang muatan lokal. Para guru inilah yang bisa mempertahankan kearifan lokal yang akan menyampaikannya kepada siswa, sehingga siswa lebih mengetahui kebudayaan Riau.
"Untuk mempertahankan kearifan lokal, guru-guru bisa menyelamatkan kebudayan Riau. Melalui workshop ini bisa mengetahui seluruh kebudayaan termasuk cagar budaya Riau yang mulai punah. Dan ini menjadi musibah kebudayaan Riau, dimana banyak cagar budaya kita mulai hilang," ungkap Yose.
"Perda tahun 2013 tentang muatan lokal, arab melayu bentuk nilai budaya melayu. Kekuatan Riau pada bahas dan sastra. Tradisi lisan kita yang ratusan banyak yang mulai punah untuk itu perlu kembali di kembangkan tradisi lisan melayu,"
Sementara itu, Gubernur Riau melalui Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM), Kasiaruddin, mengatakan, Visi Riau 2020 tinggal 3 tahun, perjalanan menuju Riau 2020 terus ditingkatkan. Nilai kearifan lokal ternyata semakin tak terlihat dari perilaku keseharian di rumah, di jalan, dan di sekolah, akibat tergerus modernisasi.
"Kita tidak mau hal ini ini terjadi terus dan kehilangan pegangan. Perubahan zaman yang berpengaruh terhadap tekonologi dan globalisasi. Jangan sampai anak kota silau terhadap budaya modern dan melupakan budaya asli. Nilai-nilai yang masuk ada yang positif dan negatif, perlu bekal yang baik dari anak-anak kita," kata Kasiaruddin.
Workshop peningkatan kapasitas Guru untuk budaya Melayu Riau ini, diikuti sebanyak 200 guru se Kabupaten/Kota. Mendatangkan narasumber dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktur kesenian kebudayaan, Kusnanto, dari LAM Riau, Datuk Sri Al Azhar.
Baca juga di Koran Haluan Riau
Reporter: Nurmadi
Editor: Nandra F Piliang