Puisi: Kedai Puisi ~ Ramon Damora
KEDAI PUISI
setelah hari puisi itu,
kalau tak salah aku,
ada seorang penyair
masih muda dia
kawan kau juga
mengantar formulir pilkada
kedai tiba-tiba ramai
cerpenis, pelukis, esais,
jurnalis, kartunis, novelis,
memakai atribut seragam
warna biru-rindu,
dan hitam-dendam
"kau adalah telinga kami
di pemerintahan nanti,"
kata mereka sama-sama
begitu sempurna
tapi semua politis
tak satupun yang puitis
sampai seorang politisi mampir
menghumban cibir
"potong ini, kalau
penyair kalian jadi,"
suaranya tinggi
menunjuk telinga sendiri
sebelah kiri
dan kedai tiba-tiba landai
sesaat semua merasa seronok
dipersuakan Tuhan kembali
pada sekeping puisi
yang menyimpan
kuping van gogh
aduhai
Tuhan yang politis
sekaligus puitis
2017
RAMON DAMORA, Jurnalis, Penulis Puisi, dan pegiat seni teater. Lahir di Muara Mahat, Kampar - Riau, 1978. Buku puisi pertamanya "Bulu Mata Susu" terpilih sebagai salah satu nominee Anugerah Bulang Linggi Dewan Kesenian Kepri 2008. Pernah memotori Sanggar Teater Latah Tuah dan berkiprah di Bengkel Teater Pekanbaru. Terlibat sebagai aktor dan sutradara untuk pementasan sejumlah naskah lakon di beberapa kota di Indonesia. Pernah bersama sastrawan Fakhrunnas MA Jabbar mengajar kelas Bahasa Melayu di INALCO, Paris, Perancis. Sekarang sebagai Ketua Yayasan Jembia Emas, Ketua PWI Kepri, Ketua SMSI Kepri, Pimred Harian Tanjungpinang Pos, pengurus masjid. Bermastautin di Batam dan Tanjungpinang - Kepri.