Jambore Susastra Jabar 2017 Lahirkan Sembilan Poin Penting
BOGOR, RIAUMANDIRI.co - Merasa prihatin terhadap nasib karya sastra yang selalu dilecehkan, para sastrawan dan seniman peserta Jambore Susastra Jabar 2017, Sabtu (26/8/2017), mengeluarkan 9 butir rekomendasi yang dinamakan “Deklarasi Bogor untuk Sastra Indonesia”.
Ketua panitia Jambore Susastra 2017, Putra Gara mengatakan, keprihatinan bukan hanya kepada karya sastra yang terpinggirkan, tetapi juga kepada nasib sastrawannya yang memprihatinkan.
“Apalagi setelah mereka tua, banyak yang hidupnya terlunta-lunta, tidak punya rumah, jauh dari sanak saudara, bahkan tak mampu membayar biaya berobat di rumah sakit,” ungkapnya, Sabtu (26/8/2017).
Beberapa poin dari 9 butir deklarasi yang dirumuskan oleh peserta itu, berisi tuntutan kepada pemerintah agar lebih menghargai karya sastra dan memberikan jaminan kepada pelaku sastra (sastrawan) agar dapat hidup layak.
Berikut sembilan butir isi Deklarasi Bogor untuk Sastra Indonesia.
•Mendorong semua pihak untuk menghargai karya sastra dengan cara mendukung dan memfasilitasi penerbitan karya para sastrawan.•Mendorong semua pihak untuk mendukung dan memfasilitasi kegiatan sastra di masyarakat.•Meminta pemerintah memberi apresiasi dan penghargaan secara periodik kepada sastrawan.•Pemerintah berkewajiban mensosialisasikan, menerjemahkan, menerbitkan dan mempromosikan karya para sastrawan Indonesia di dalam maupun di luar negeri.•Pemerintah berkewajiban menjamin kesehatan sastrawan dengan cara memberi asuransi yang layak.•Mengoptimalkan SDM sastrawan lokal di daerah masing-masing dalam kegiatan literasi.•Pemerintah berkewajiban memfasilitasi, menggali, melestarikan dan mempromosikan karya sastra tradisi.•Pemerintah berkewajiban memfasilitasi peningkatan kwalitas sastrawan melalui pelatihan, pendidikan, residensi di dalam dan di luar negeri.•Pemerintah berkewajiban membeli buku karya para sastrawan untuk disebarluaskan ke lembaga pendidikan, komunitas, perpustakaan di dalam di luar negeri.
PERUMUS (Tim Kecil)
Putra Gara/Aceh
Mustafa Ismail/Aceh
Sudiyanto/Jawa Timur
Buanargis Muryono/Jawa tengah
Rida Nurdiani/Jawa barat
Willy Ana/Bengkulu
Fanny J. Poyk/NTT
Hamidin Krazan/Jawa Tengah
Ace Sumanta/Jawa Barat
M. Bonar Harahap/Sumatera Utara
Saifullah S/Aceh
Ary Mugiasih/Jawa Timur
Nanoe Anka/Jawa Barat
Gus Weet /Jawa Barat
Moch. Saleh Sohih/Jawa Barat
Ismail Lutan/Sumatera Barat
Hasil rumusan tim kecil ini disepakati oleh seluruh peserta yang hadir dalam jambore tersebut.
Jambores Susastra Jabar 2017, diselenggarakan oleh KOSA JABAR, berlangsung 25-27 Agustus 2017 di Wisma Dharmais, Bogor, Jawa Barat yang dihadiri lebih kurang 75 sastrawan dan seniman berasal dari seluruh Indonesia. Selain diskusi sastra, acara itu juga dimeriahkan dengan pertunjukan kesenian oleh masing-masing delegasi.
Rencananya, Jambore Susastra Jabar akan berlangsung setiap tahun sebagai wujud nyata kepedulian seniman meningkatkan dan mengembangkan kehidupan bersastra di Indonesia.
Selain itu juga untuk ‘mengetuk jendela hati’ pemangku kuasa agar lebih peduli kepada karya sastra dan pegiat kebudayaan.
Untuk kegiatan perdana ini, bertindak sebagai tuan rumah adalah Dewan Kesenian Kabupaten Bogor (DKKB). Ketua DKKB, Erwin Suriana mengatakan, pihaknya bangga dapat memfasilitasi dan mendukung acara yang digagas oleh seniman dan sastrawan ini.
“Bukan untuk kegiatan perdana ini saja, tetapi juga untuk kegiatan KOSA JABAR berikutnya, DKKB siap berpartisipasi aktif, karena kami berkomitmen kuat untuk meningkatkan kesenian dan kesastraan Indonesia,” tuturnya antusias.
Ditambahkan Erwin, dalam meningkatkan kesenian dan kebudayaan, khususnya di Bogor, pihaknya tidak selalu top down, tetapi juga bottom up.
“Saya selalu berpikiran, untuk mengembangkan kesenian harus dari bawah. Yakni dari pelaku kesenian itu sendiri, bukan dari atas atau pejabat. Makanya, apa yang diingini oleh pelaku kesenian, harus difasilitasi dan direalisasikan,” tambahnya.
Pada kesempatan itu, Penyair terkenal kelahiran Takengon, Aceh Tengah, LK Ara membacakan puisi berjudul "Jejak" didampingi istrinya, Hidayah, sambil melantunkan Lagu Gayo, Sebuku.
Penyair kelahiran Takengon, Aceh Tengah, 1937 itu mengatakan, puisi adalah penyampaian ekspresi dirinya dengan Allah SWT. Olehnya, setiap kesempatan, lanjut dia, puisi yang dibacakannya kebanyakan berbau sufisme.
“Saya senang dengan kegiatan ini. Semoga saya masih sanggup baca puisi kapan saja dan di mana saja,” ujar penyair yang akan berulang tahun ke 80 pada 12 November 2017 mendatang.(rls)
Editor: Nandra F Piliang