Puisi: Bong San Ting ~ Musa Ismail

An old sketch of the kabah
Bong San Ting
Gundukan tanah setelah gerbang merah
juga tembok-tembok tua yang terponggok megah
adalah perhentian dan pengharapan tak sampai
Di situ, terbaring jasad-jasad yang tersiksa
dibanting kemewahan sementara di dunia
Menggelepar dalam bilik sempit hitam pekat
Tersebab tak ada tahajud pembawa kandil kemerlap
Meskipun hujan menyimbah
Tak 'kan mencuci dosa
Di perbukitan sekalipun, dosa bagai kapas basah
Pepohonan rindang setelah gerbang itu
Juga tak sanggup menahan panas
Gundukan tanah itu merekah karena kegersangan ibadah
Di perbukitan harapan
Tak tentu arah, mematung beku di persimpangan gelisah
Jasad-jasad busuk itu cuma terkapar menjalani penghakiman
Atas pengkhianatan mereka kepada Allah!
Pada nisan harta, cuma terukir nama
Rohnya resah dalam perjalanan panjang
Walau merah menyala, haus akan cahaya yang sebenarnya
Dikekang nafsu dunia, begitu mendera
Membangkai dalam mimpi-mimpi bahagia
Dari gerbang langit
Bukit-bukit harapan itu menyimpan sengsara
Merana dan sesal tak selesai membingkai
Tertelungkup dalam bemu hingga kiamat tiba
Celaka!
Musa Ismail dilahirkan di Pulau Buru Karimun, 14 Maret 1971. Penyair, Novelis sekaligus Cerpenis Riau. Peraih Anugerah Sagang kategori buku pilihan (2010) dan peraih Anugerah Pemangku Prestasi Seni Disbudpar Provinsi Riau (2012).