Takwa
Suatu hari Abu Hurairah ditanya oleh seseorang, "Wahai Abu Hurairah, apakah yang dimaksud dengan takwa itu?" Abu Hurairah tidak menjawab pertanyaan itu, tetapi memberikan satu ilustrasi dengan balik bertanya kepada si penanya.
"Pernahkah engkau melewati suatu jalan dan engkau melihat jalan itu penuh dengan duri? Bagaimana tindakanmu untuk melewatinya?" Orang itu menjawab, "Apabila aku melihat duri, aku menghindarinya dan berjalan di tempat yang tidak ada durinya, atau aku langkahi duri-duri itu, atau aku mundur." Abu Hurairah cepat berkata, "Itulah takwa." (HR Ibnu Abi Dunya).
Takwa sebagaimana ilustrasi di atas adalah sebagai tindakan kehati-hatian dalam melakukan sesuatu. Apakah yang dilakukan itu sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya atau tidak. Ketakwaan dapat mengontrol perilaku seseorang dari tindakan tercela.
Ketakwaan akan menjadi pintu pembuka turunnya keberkahan hidup (QS al-A'raf [7]: 96). Dan, puasa Ramadhan yang telah kita lalui menjadi sarana yang efektif membentuk insan bertakwa. Puasa Ramadhan adalah ibadah tahunan. Adakah sarana lain selain puasa – yang dikerjakan setiap waktu- sebagai upaya membentuk untuk ketakwaan, agar nilai-nilai ketakwaan itu terjaga dan melekat sepanjang hayat dalam diri orang yang bertakwa? Pertama, melalui penghambaan diri secara total kepada Allah.
Allah SWT berfirman, "Hai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa." (QS al-Baqarah [2]: 21).
Kedua, melalui pemenuhan janji. Allah SWT berfirman, "Dan (ingatlah), ketika kami mengambil janji dari kamu dan kami angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya kami berfirman): 'Peganglah teguh-teguh apa yang kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertakwa'." (QS al-Baqarah [2]: 63).
Ketiga, melalui penegakan hukum qishas. Allah SWT berfirman, "Dan dalam qishas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa." (QS al-Baqarah [2]: 179).
Keempat, istiqamah di jalan Islam. Allah SWT berfirman, "Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalannya, yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa." (QS al-An'am [6]: 153).
Kelima, berpegang teguh kepada kebenaran. Allah SWT berfirman, "Dan (ingatlah), ketika Kami mengangkat bukit ke atas mereka seakan-akan bukit itu naungan awan dan mereka yakin bahwa bukit itu akan jatuh menimpa mereka. (dan Kami katakan kepada mereka): 'Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepadamu, serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya supaya kamu menjadi orang-orang yang bertakwa'." (QS al-Araf [7]: 171).
Melalui optimalisasi sarana tersebut diharapkan, lahirnya insan bertakwa yang dapat mewarnai kehidupan berbangsa serta bernegara. Wallahu a'lam.
Oleh: Siti Mahmudah