Pertamina Kembangkan Kilang Minyak Dumai
Pekanbaru (RIAUMANDIRI.co) - PT Pertamina (Persero) fokus membangun infrastruktur untuk mendukung target swasembada bahan bakar minyak pada 2023, dengan mengembangkan empat kilang minyak yang salah satunya berlokasi di Kota Dumai, Provinsi Riau.
“Tujuan dari pengembangan dan pembangunan kilang minyak adalah agar nantinya di tahun 2023, Pertamina bisa mewujudkan swasembada Bahan Bakar Minyak seperti yang dicanangkan oleh Pemerintah Jokowi-JK dalam Nawacita”, ujar Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia, PT Pertamina (Persero), Rachmad Hardadi, dalam pernyataan pers kepada Antara di Pekanbaru, Kamis (30/3).
Atas pertimbangan perkembangan ekonomi Indonesia dan menyelamatkan devisa negara, Pertamina mengambil inisiatif untuk membangun infrastruktur yang dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama, dilakukan pengembangan empat kilang minyak, antara lain di RU V Balikpapan, RU VI Balongan, RU IV Cilacap, dan RU II Dumai.
Program kerja ini dikenal dengan RDMP (Refinery Development Master Plan), sedangkan kelompok kedua, dibangun kilang minyak baru (New Grass Root Refinery, NGRR) di Tuban dan Bontang.
Ditambahkan Rachmad Hardadi dengan ke-enam proyek ini, kapasitas produksi kilang minyak yang dioperasikan oleh Pertamina nantinya menjadi, 2,2 juta barel per hari. Mega proyek enam kilang minyak ini diperkirakan akan membutuhkan dana sekitar Rp500 triliun. Menurut dia, dalam prosesnya ada yang dikerjakan oleh Pertamina sendiri dan ada yang bekerjasama dengan perusahaan minyak dan gas yang sudah mempunyai reputasi internasional.
“Tantangan terbesar Direktorat Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia adalah mewujudkan semua ini dalam kurun waktu 7 tahun dan selesai di tahun 2023. Dua tahun lebih cepat dari target pemerintah. Untuk itu, dukungan dari semua pihak sangat kami perlukan ”, ujar Rachmad Hardadi.
Seperti diketahui, bahan bakar minyak (BBM) yang digunakan dalam menunjang aktivitas perekonomian dihasilkan dari kilang minyak. Minyak mentah yang berasal dari sejumlah lapangan minyak diolah menjadi bahan bakar minyak seperti, premium, pertalite, perta dex, pertamax, bio solar, avtur, dl. Tidak hanya bahan bakar minyak yang dihasilkan dari kilang minyak. Ada produk lain seperti paraxylene yang sangat diperlukan oleh industri petrokimia.
Saat ini, ada enam kilang yang dioperasikan oleh PT Pertamina (Persero): RU II Dumai, RU III Plaju, RU IV Cilacap, RU V Balikpapan, RU VI Balongan, dan RU VII Kasim. Sebetulnya ada satu kilang lagi, yaitu RU I Pangkalan Brandan.
Hanya saja, dengan pertimbangan pengoperasian RU I tidak ekonomis lagi, pada 2007 RU I Pangkalan Brandan sudah tidak beroperasi lagi.
Kapasitas terpasang dari keenam kilang minyak ini adalah 1,05 juta barel per hari. Namun, dalam pelaksanaannya, produk Bahan Bakar Minyak yang dihasilkan dari keenam kilang minyak ini sekitar 800-950 ribu barel per hari.
Dalam satu tahun, dibutuhkan sekitar 72 juta kilo liter bahan bakar minyak. Sementara, Pertamina, sebagai BUMN Migas dapat memberikan kontribusi sekitar 39 juta kilo liter. Tidak ada jalan lain. Untuk memenuhi kebutuhan Bahan Bakar Minyak, Pertamina melakukan impor minyak mentah dan bbm dari luar negeri.
Rasio ketergantungan akan impor minyak mentah dari tahun tahun semakin tinggi antara 33 – 44 persen. Hal ini tentu mengakibatkan devisa negara terkuras. Di sisi lain, kenaikan ini memperlihatkan bahwa kegiatan perekonomian Indonesia sedang tumbuh.