Apa Sebab Hati Seseorang Susah Menerima Kebenaran?
Manusia punya cara yang berbeda-beda dalam menerima kebenaran. Sebagian orang hanya dengan sedikit isyarat dan kalimat-kalimat singkat bisa membuatnya sadar. Sebagian yang lain sangat susah, walau sudah diberi ribuan dalil dan argumen yang jelas masih saja tidak membuatnya berubah. Memang ini bukan perkara yang mudah.
Berulang kali Al-Qur’an menyinggung dua tipe manusia ini dengan uraian yang sangat indah. Tipe yang hatinya lapang dan luas serta tipe yang hatinya sempit dan kaku.
Seperti firman Allah berikut ini,
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit.” (QS.al-An’am:125)
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (QS.az-Zumar:22)
Lalu pertanyaannya, apa penyebab seseorang memiliki hati yang lapang dan mudah menerima kebaikan? Dan apa yang membuat seseorang memiliki hati yang sempit dan kaku?
Segala sesuatu pasti ada sebabnya. Lapangnya hati seseorang dan mudahnya dalam memahami kebenaran salah satunya karena banyaknya mengkaji, mencari tau dan mendekati ulama’ serta orang-orang bijak. Serta mensucikan diri dan meninggalkan dosa khususnya menjauhi makanan haram. Dan tentunya masih ada faktor-faktor lain yang membuat hatinya mudah tersentuh oleh cahaya kebenaran.
Sementara hati yang keras dan kaku tentu disebabkan oleh banyaknya dosa. Bisa pula karena seringnya berdebat, teman yang buruk, menyembah dunia dan menuhankan syahwat. Semua itu membuat hati sempit dan susah menerima kebenaran walau telah nyata dihadapannya.
Sayyidina Ali pernah berpesan,
“Tidak akan kering air mata kecuali karena kerasnya hati dan tidak akan keras hati kecuali karena banyaknya dosa.”
Semoga Allah melapangkan hati kita untuk menerima kebenaran dan nasehat-nasehat yang mengantarkan kita pada kesempurnaan.*