Prediksi Ancaman Keamanan Cyber Crime di Tahun 2017

Jakarta (RIAUMANDIRI.co)- Fortinet, salah satu pemain global dalam solusi keamanan cyber berkinerja tinggi, hari ini 24 November 2016, mengeluarkan prediksi keamanan cyber di tahun 2017.
Derek Manky, global security strategist Fortinet, mengatakan perluasan permukaan yang dapat diserang akibat inovasi teknologi seperti cloud computing dan perangkat IOT, kekurangan bakat keamanan cyber, dan tekanan peraturan menjadi faktor pendorong yang signifikan bagi ancaman cyber Crime.
Berikut prediksi Fortinet.
1. Dari cerdas hingga lebih cerdas.
Ancaman semakin pintar dan semakin mampu beroperasi secara mandiri. Di tahun mendatang Fortinet memperkirakan akan ada malware yang dirancang "seperti-manusia" dengan pembelajaran adaptif, berbasis keberhasilan untuk meningkatkan dampak dan efektivitas serangan.
2. Produsen IOT akan bertanggung jawab atas pelanggaran keamanan
Jika produsen IOT gagal untuk lebih mengamankan perangkat mereka, dampak pada ekonomi digital bisa menghancurkan jika konsumen mulai ragu-ragu untuk membeli produk mereka akibat ketakutan akan keamanan cyber. Fortinet melihat konsumen, vendor dan kelompok kepentingan lainnya akan lebih banyak meminta tindakan penciptaan dan penegakan standar keamanan sehingga produsen bertanggung jawab atas perilaku perangkat mereka.
3. 20 miliar perangkat IOT adalah mata rantai terlemah untuk menyerang Cloud
Mata rantai terlemah dalam keamanan Cloud tidak ditemukan dalam arsitekturnya, tapi terletak di jutaan perangkat remote yang mengakses sumber daya Cloud.
4. Penyerang akan memulai konflik di kota-kota pintar
Dengan pertumbuhan otomatisasi bangunan dan sistem manajemen yang terus menerus selama setahun ke depan, mereka akan menjadi target para hacker.
5. Ransomware hanya awal dari malware
Fortinet memperkirakan serangan yang sangat terfokus terhadap target berprofil tinggi, seperti selebriti, tokoh politik, dan organisasi besar.
6. Teknologi harus menutup kesenjangan keterampilan cyber
Kurangannya profesional yang terampil dalam keamanan cyber berarti bahwa banyak organisasi atau negara yang ingin berpartisipasi dalam ekonomi digital global akan menghadapi risiko besar. Mereka tidak memiliki pengalaman atau pelatihan yang diperlukan untuk mengembangkan kebijakan keamanan, melindungi aset penting di lingkungan jaringan, atau mengidentifikasi dan menanggapi serangan yang lebih canggih saat ini.(tek/ivn)
Berita Lainnya
- Irman Gusman Keberatan dengan Dakwaan Jaksa
- Fahri Hamzah: Jokowi Harus Konsen Sahkan RUU KUHP
- Aman Abdurrahman Divonis Hukman Mati
- Dipulangkan, Menkes Terawan ke WNI dari Wuhan di Natuna: Jangan Lupa Minum Jamu
- Hadiri Peluncuran Tahapan Pemilu 2024, Puan: Ini Bukti Tak Ada Penundaan
- Hambatan Traveling ke Luar Negeri Sama Sahabat