Menggunakan Media Sosial Secara Bijaksana
MEDIA sosial menjadi salah satu piranti wajib masa kini. Dengan adanya kemajuan teknologi seperti internet maka media sosial menjadi semakin menarik, praktis.
Media sosial juga menjadi salah satu piranti gaya hidup masa kini untuk menyebaran informasi. Penyebaran informasi menjadi eksistensi tersendiri, informasi beredar secepat kilat ke segala penjuru. Kepentingan eksistensi dan emosional atas isi infor
masi tersebut mengalahkan akal sehat dan logika untuk menelaah atau mengklarifikasi informasi. Akhirnya media masa menjadi alat penyebar informasi yang belum jelas kebenarannya, bahkan sengaja sebagai media untuk menyebarkan informasi yang meyesatkan.
Kasus ramainya unjuk rasa besar-besaran di Jakarta dan daerah lain terkait dugaan penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama dipengaruhi juga oleh penggunaan media sosial yang kurang bijaksana.
Terlepas dari gaya komunikasi Basuki Tjahaja Purnama yang membuat beberapa pihak sakit hati, media sosial ikut terlibat sebagai alat untuk menyebarkan pernyataan Basuki Tjahaja Purnama dengan cepat ke segala penjuru.
Penyebaran informasi yang ditambahi dengan pernyataan yang tidak terima dan marah atas ucapan Basuki Tjahaja Purnama tersebut menyebar dan mempengaruhi penerima informasi yang lain.
Unsur agama yang sangat sensitif dalam konten pernyataan Basuki Tjahaja Purnama disebarkan secara viral oleh media sosial menjadi pemicu kemarahan publik terutama umat Islam. Situasi menjadi gaduh, bahkan terkesan ada polarisasi antar kubu. Kepentingan politik ikut mengambil peran dan keuntungan dalam situasi ini.
Kebutuhan eksistensi dan emosional membuat orang tidak peduli kebenaran informasi, kecepatan menjadi tujuan pertama. Informasi yang diperoleh langsung diunggah ulang dalam media sosial.
Bahkan informasi yang menyesatkan yang tidak masuk akal sehat diunggah ulang tanpa ditelaah dan dicerna terlebih dahulu. Hanya dengan modal gambar-gambar untuk menarik simpati, lalu dengan perintah untuk like atau ketik amin, serta melakukan unggahan ulang maka informasi yang belum jelas kebenarannya menjadi viral dan mempunyai rating yang tinggi.
Isu-isu yang mengandung konten SARA dalam informasi di media sosial dengan mudah menyebar secara cepat. Bahkan informasi menyesatkan yang berpotensi menimbulkan konflik dan perpecahan disebarkan pula dengan cepat.
Dampak dari penyebaran informasi tersebut lupa dipikirkan atau dikalahkan oleh kepentingan untuk menjadi eksis dan tercepat dalam menyebarkan. Informasi yang diterima seharusnya dipikirkan baru diputuskan akan dihapus, disimpan, atau diseberkan, tetapi yang terjadi adalah informasi yang diterima langsung disebarkan.
Bijaksana Pengguna internet dan alat komunikasi smartphone susah untuk membendung arus informasi, segala informasi bisa masuk melalu aplikasi sosial media seperti facebook, twitter, path, instagram, atau media lain seperti email, chatting grup, dan aplikasi pengirim pesan lainnya. Kemudahan meneruskan teknologi menjadikan informasi bisa lintas batas, lintas jarak dan lintas media.
Informasi yang masuk memang susah dibendung, namun penerima informasi bisa melakukan hal-hal yang bijaksana terkait informasi tersebut. Hal yang dapat dilakukan jika menerima informasi adalah sebagai berikut: pastikan bahwa informasi yang diterima berasal dari sumber yang dikenal memang kompeten atau yang berwenang menyebarkan berita. Informasi terusan tidak bisa dibuktikan keasliannya.
Sebaiknya jika menerima informasi segera pastikan lagi dari pihak yang berwenang mengeluarkan informasi tersebut. Misal berita tentang kasus kriminal lebih baik diklarifikasi ke kepolisian. Jika tidak benar maka sebaiknya segera dihapus, tidak ada guna juga menyimpan atau menyebarkan berita yang palsu. Bahkan jika nekad menyebarkan maka sangsi hukum bisa menimpa penyebar berita.
Jika informasi yang diterima berasal dari pihak yang anda kenal atau dari pihak yang berwenang, maka pelajari isinya. Jika berpotensi menyebabkan kegaduhan atau jika penyebaran berita tersebut tidak membawa manfaat apapun maka sebaiknya informasi tersebut cukup disimpan atau dihapus, tidak perlu disebarkan. Jika membawa manfaat, misal informasi tentang orang hilang, selama sudah diklarifikasi informasi tersebut benar, dan pihak-pihak yang disebutkan jelas, maka penyebaran guna membantu keluarga korban menemukan kembali bisa dilakukan.
Tidak semua situs web menyajikan berita yang benar. Banyak juga pihak yang memanfaatkan situs web untuk menyebarkan informasi yang bertujuan negatif, misal kelompok radikal yang menggunakan situs web untuk melakukan propaganda.
Jika ingin mencari informasi sebaiknya cari dari situs web yang terpercaya, jelas siapa yang mengelola situs web tersebut, bukan orang yang tidai dikenal. Jika ada informasi yang bersumber dari situs web “abal-abal” maka sebaiknya abaikan saja, tidak perlu diteruskan. Apalagi jika informasi yang sama tidak diperoleh dari situs web yang sudah dipercaya atau dari sumber resmi yang berwenang.
Sebelum menyebarkan perlu juga dipertimbangkan apakah memang mempunyai kewenangan untuk menyebarkan informasi tersebut. Jika informasi merupakan rahasia pihak lain maka penyebaran informasi tersebut tidak patut dilakukan. Walaupun sudah beredar di media sosial jika memang tidak mempunyai kewenangan atas informasi tersebut sebaiknya tahan diri untuk tidak menyebarkan.
Pikirkan Dampak Informasi, walaupun sudah dipastikan kebenarannya, jika memang penyebarannya akan menimbulkan dampak yang tidak baik maka sebaiknya tidak perlu menjadi kontributor kegaduhan dengan menyebarkan informasi tersebut.
Kepuasan atas eksistensi dan menjadi yang tercepat sebaiknya dinomorduakan setelah perhitungan dampak yang akan terjadi jika informasi tersebut diseberkan.
Niat yang baik dengan menyebarkan informasi melalui sosial media bisa berdampak tidak baik. Penyebaran informasi korban kecelakaan atau aksi teror misalnya, jika diterima oleh anak-anak atau orang yang mentalnya tidak siap, bisa menjadi trauma.
Penyebaran berita kriminalitas bisa juga berdampak tidak baik karena justru bisa menjadi inspirasi bagi orang yang sudah mempunyai bibit pelaku kriminal.
Berita-*)berita yang mengandung unsur SARA, walaupun dengan alasan untuk menjaga eksistensi, bisa berdampak pada perpecahan dan konflik sosial. Hal ini tentu nilai dampaknya jauh lebih besar daripada nilai manfaat kepuasan yang diperoleh penyebar berita.
Media sosial harus digunakan dengan bijaksana, konten dalam informasi yang disebarkan oleh media sosial yang bermanfaat bagi orang banyak. Pengguna media sosial harus bijaksana, utamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
Banyak hal baik yang bisa disebarkan di media sosial, sehingga kebaikan bisa tertular. Namun sudah jamak bahwa hal-hal yang negatif lebih menarik untuk disebarkan oleh pengguna sosial daripada hal positif.
Terakhir, solusi bagi pengendalian penyebaran informasi di media sosial adalah ketegasan penegak hukum. Tidak perlu ragu untuk melakukan tindakan hukum terhadap penggunaan media sosial yang merugikan. Shock therapy memang harus dilakukan untuk mencegah hal-hal yang lebih besar.
*) Stanislaus Riyanta, alumnus Program Pascasarjana S2 Kajian Stratejik Intelijen, tinggal di Jakarta.