Sosok Calon Lebih Berpengaruh Dibanding Parpol
PEKANBARU (RIAUMANDIRI.co) - Keberadaan sosok atau profil seseorang, dinilai memiliki pengaruh lebih besar terhadap masyarakat, untuk menentukan pilihannya dalam ajang Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Pekanbaru, 2017 mendatang.
Bila pun ada faktor pendukung dari partai politik, pengaruhnya dinilai tidaklah begitu signifikan. "Yang jelas, masyarakat tentu lebih condong menentukan pilihan kepada sosok yang telah mereka kenal," ujar pengamat politik Riau, Zaini Ali, Rabu (2/11).
Sosok Dalam hal ini, Zaini tak menampik calon petahana yakni Firdaus-Ayat Cahyadi, lebih diuntungkan. Karena telah memimpin Pekanbaru selama satu periode, membuat keduanya telah dikenal masyarakat Kota Bertuah secara luas, terlepas dari hasil kinerja yang telah dilakukan.
"Dengan Firdaus-Ayat, siapa yang tak kenal, semua kenal. Masyarakat tak melihat dia didukung parpol mana, karena masyarakat tahu bahwa dia adalah Walikota," ujarnya.
Begitu pula terhadap pasangan lain, Ramli Walid-Irvan Herman, juga memiliki penilaian tersendiri di masyarakat, Terutama Irvan Herman, karena sosok ayahnya yang juga mantan wako Pekanbaru Herman Abdullah.
Hal ini juga berlaku terhadap pasangan lain seperti Dastrayani Bibra -Said Usman Abdullah, meski hingga saat ini masih terkendala masalah ini dengan KPU Pekanbaru.
Sedangkan terkait dua pasangan calon yang maju dari jalur independen, Zaini menilai kurang diuntungkan dengan hal ini. "Kondisinya, sejauh ini kedua pasangan ini memang masih kurang populer," ujarnya.
"Firdaus-Ayat di atas kertas, bisa diunggulkan," ujarnya lagi. Pertarungan di Pilwako Pekanbaru Milik Paslon dari Parpol Populer, Calon Petahana Masih di Atas Angin
Penilaian serupa juga dilonarkan pengamat politik Universitas Riau, Saiman Pakpahan. Melihat kondisi saat ini, Saiman menilai lebih menarik untuk melihat sosok yang didukung parpol.
"Yang lainnya ini, kita bukan menempatkannya pada posisi independen sebagai sebuah mekanisme yang murahan. Tidak. Tapi sosok yang diusung dari jalur independen bukan sosok yang populer. Kita tidak terlalu banyak berharap dari jalur independen itu," ujarnya.
Terkait paslon dari jalur parpol, saat ini ada pasangan yang dinilainya cukup mumpuni, yakni calon petahana Firdaus-Ayat Cahyadi, dan Ramli Walid-Irvan Herman. Kalau dilihat dari tingkat popularitas, pasangan incumbent lebih diuntungkan.
Ramli Walid, sebutnya, bukan sosok yang populer bagi masyarakat Pekanbaru. Irvan Herman juga tidak banyak dikenal orang. Masyarakat cuma kenal Herman Abdullah yang notabene adalah ayahanda Irvan Herman.
"Masyarakat juga kemudian berpikir latar belakang Irvan Herman ini apa. Apa ada karyanya bagi masyarakat Pekanbaru atau tidak. Rekam jejak ini juga jadi pertimbangan," sebut Saiman Pakpahan. Oleh karena itu, lanjutnya, jika melihat dua peta kekuatan peta politik tersebut, maka dirinya menilai peluang menang tersebut ada pada diri petahana.
Kondisi berbeda jika nantinya paslon yang diusung PDI P bersama koalisinya bisa lolos, yakni Dastrayani Bibra-Said Usman Abdullah. Mungkin ada pilihan alternatif yang bisa dipilih oleh pemilih.
Hal tersebut bukan tanpa alasan. Menurutnya, sosok Ide, biasa Dastrayani Bibra disapa, memang punya kapasitas dan cukup dikenal di Kota Pekanbaru.
"Dengan petahana, petahana popularitasnya besar. Tapi pada masyarakat terdidik, daya tolaknya juga besar. Yang membuat menariknya disitu. Swing Voter (perilaku pemilih yang berubah-ubah,red) ini mau diarahkan kemana," imbuhnya.
"Apakah masyarakat pemilih tutup mata dengan kesalahan-kesalahan petahana selama ini, dengan asumsi dia telah punya pengalaman, lalu mereka memilih patahana. Petahanan diuntungkan dengan itu. Keuntungan itu ada dipetahana," sambungnya lagi.
Selain itu, Saiman juga menyoroti dua sosok di belakang Ramli Walid-Irvan Herman, yaitu mantan Gubernur Riau, Rusli Zainal, dan mantan Walikota Pekanbaru, Herman Abdullah, yang juga tidak akan bisa memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peluang keterpilihan paslon ini. (ben, dod)