NPL Riau Masih Tinggi
PEKANBARU (RIAUMANDIRI.co) - Hingga di penghujung triwulan ketiga, angka Non Perfoming Loan (NPL) Riau masih dikategorikan tinggi, yakni berada pada 3,9 persen. Angka tersebut diprediksi tidak jauh beranjak dari angka sebelumnya, dengan rata-rata 4 persen pada tahun 2017.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Riau Ismet Inono kepada Haluan Riau, Kamis (20/10) di kantornya menyebutkan, salah satu faktor masih tingginya angka NPL tersebut disebabkan karena masih rendahnya serapan APBD Riau. Sehingga berdampak terhadap angka kredit, di tiga sektor, yakni sektor perdagangan, industri dan juga pertanian.
"Memang saat ini angka kredit relatif tidak bergerak, namun masih dikategorikan cukup tinggi. Namun begitu, diharapkan angka tersebut tidak sampai di angka 5 persen," ujar Ismet.
Dijelaskannya, saat ini belum ada pergerakan kredit yang cukup signifikan. Namun diharapkan adanya sinyal positif dari serapan APBD yang terus meningkat. Karena, diyakini jika sektor riil bertambah, maka ekspansi kredit pasti bertambah dan angka NPL pasti bisa ditekan.
Jika dilihat dari triwulan sebelumnya, angka NPL triwulan 1 berada di angka 4,1 persen dan triwulan dua berada diangka 3,98 persen. Tentunya ini, menjadi catatan tersendiri bagi perbankan di Riau. Untuk itu, diperlukan peran dari perbankan dengan memberikan program sebagai solusi dalam menangani permasalahan NPL.
"Jadi apakah nantinya perbankan melakukan rescedule ulang bagi nasabah yang mengalami kredit macet. Atau bisa saja melakukan perubahan jadwal pembayaran, sesuai dengan kesepakatan dengan nasabah," tutur Ismet.
Ismet juga menambahkan, pada triwulan ketiga, pihaknya masih berharap ada perubahan terhadap pertumbuhan ekonomi Riau. Meskipun dari sektor minyak dan gas tidak bisa diharapkan. Akan tetapi dengan adanya kontraksi pada infrastruktur Riau maka akan menggerakan sektor dunia usaha.
"Mudah-mudahan dengan adanya pembangunan infrastruktur dari pemerintah yang akan jalan, bisa ikut menggerakan ketiga sektor diatas. Serta angka kredit dari perbankan akan mengalir dengan sendiri, karena tidak ada indikasi dari perbankan untuk menahan penyaluran kredit. Akan tetapi perbankan saat ini dalam posisi menunggu," pungkasnya.***