Teror Molotov Marak Lagi
PEKANBARU (RIAUMANDIRI.co) - Untuk kesekian kalinya, aksi teror pelemparan bom molotov kembali terungkap. Kali ini, yang menjadi sasarannya adalah rumah Wakil Bupati Bengkalis, H Muhammad, yang berada di Jalan Bunga Indah, Kecamatan Bukit Raya, Pekanbaru.
Aksi teror itu terjadi Selasa (18/10) subuh lalu, namun baru dilaporkan kepada aparat Kepolisian baru-baru ini. Untungnya, molotov tersebut gagal meledak, sehingga rumah megah milik sang Wakil Bupati tidak terbakar.
Teror Terungkapnya teror molotov kali ini, semakin memperpanjang daftar aksi teror serupa, yang terjadi dalam seminggu ini. Sebelumnya, kejadian serupa juga menimpa kediaman Sekretaris Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Siak, Hendra. Selanjutnya teror serupa juga menimpa kediaman Ketua DPW Partai Nasdem Riau, Iskandar Husein, di Jalan Sisingamangaraja, Pekanbaru.
Pada aksi teror pertama, api dikabarkan sempat menyala namun langsung bisa dipadamkan. Sejauh ini, diketahui belum ada laporan ke polisi terkait teror itu. Sedangkan pada dua teror selanjutnya, api tidak sampai menyala.
"Di TKP (rumah Wabup Bengkalis) kita menemukan serpihan kaca diduga bekas molotov. Namun dari keterangan saksi-saksi, molotov itu tidak sempat meledak. Sumbunya terlepas dari botol saat pelaku melemparnya," ujar Kapolsek Bukit Raya, Kompol Hendrik Sitompul, Kamis (20/10).
Ditambahkannya, pecahan kaca tersebut berserakan di dekat pintu garase. Molotov itu pertama kali ditemukan ajudan Wabup Bengkalis. Namun ketika itu, temuan tersebut tidak langsung dilaporkan kepada Kepolisian.
"Demi keamanan, kita sudah minta agar si pemilik rumah ataupun keluarganya agar melaporkan peristiwa tersebut," sebutnya. 2 Pelaku Sementara itu, berdasarkan petnjuk sementara dari rekaman CCTV, terlihat pula dua orang pria yang saat kejadian berada di TKP. Hanya saja, tidak diketahui siapa kedua orang tak dikenal tersebut.
"Diduga pelaku dua orang, seperti yang terekam di CCTV di TKP. Tapi penyelidikan masih kita dalami lagi," tambahnya. Ketika ditanya apakah ada motif politik di balik aksi teror itu, Hendrik mengatakan pihaknya belum bisa memastikan dugaan tersebut. "Kita belum sampai ke sana, masih penyelidikan. Yang jelas kasusnya kita usut," ujarnya.
Terpisah, salah seorang warga sekitar, Sabirin menuturkan jika sepengetahuannya. Rumah tersebut hanya dihuni oleh istri dan anak dari Wabup Bengkalis tersebut. "Waktu kejadian, bapak itu (Wabup) sedang tidak di rumah, yang ada istri sama anaknya saja," ujarnya.
Turunkan Densus 88 Terkuaknya aksi teror molotov itu, mendapat perhatian serius anggota Komisi A DPRD Riau, Taufik Arrakhman. Menurutnya, teror itu seharusnya mendapat perhatian serius dari Polda Riau. Hal itu mengingat aksi tidak terpuji ini sudah masuk dalam kriteria teror yang sangat meresahkan masyarakat. Menurut politisi Gerindra tersebut, masyarakat tidak bisa membiarkan unsur-unsur premanisme tumbuh di Provinsi Riau.
"Menurut saya, ini pekerjaan sepele bagi Kapolda Riau. Kalau perlu diturunkan Densus 88 Mabes Polri, ya turunkan. Ini kan sudah masuk kriteria teror. Ini sudah mengancam, dan bisa mengancam nyawa seseorang atau kelompok orang," ujarnya.
Karena itu, pihaknya meminta Kapolda Riau menyelesaikan kasus teror tersebut. Apalagi yang menjadi korbannya adalah pejabat daerah. Jika tidak dilakukan, lanjut Taufik, dirinya khawatir akan terjadi konflik yang lebih besar. Pasalnya, mereka-mereka yang diteror dengan molotov bukanlah sembarang orang, yang juga memiliki kekuatan untuk melakukan aksi balasan.
"Saya khawatir apabila aparat hukum tidak bergerak, akan ada perlawanan dari orang yang diteror ini, yang akan menyusun kekuatan untuk melakukan aksi balasan. Kita tidak ingin terjadi konflik antar sesama masyarakat Riau," tegasnya.
Terpisah, anggota Komisi A DPRD Riau lainnya, Nasril, juga menyayangkan aksi teror tersebut terjadi. Dikatakan Politisi asal Kabupaten Kampar, kalau aksi tersebut telah memakai cara-cara premanisme, anarkis.
"Jika ada perselisihan, seharusnya menggunakan cara-cara persuasif lah," kata Nasril. Lebih lanjut, Politisi Partai Demokrat tersebut melihat kejadian yang menimpa Rumah Sekretaris Kelompok Kerja ULP Kabupaten Siak, berkemungkinan terjadi karena masalah proyek yang ditangani instansi tersebut. Ada pihak-pihak yang dinilai tidak puas kemudian melakukan hal-hal yang tidak terpuji.
Selain itu, dirinya juga mengimbau kepada para pejabat yang dipercaya untuk pelelangan proyek, agar dapat bekerja secara objektif dalam penentuan pemenang. "Itu terkait kejadian yang menimpa rumah Sekretaris ULP Siak. Kalau yang terkait rumah Wakil Bupati Bengkalis, dan rumah DPW Partai NasDem Riau, mungkin saja karena masalah politis," sebutnya.
Untuk itu, dirinya menegaskan agar kejadian seperti ini tidak boleh dibiarkan begitu saja. Jika tidak, akan muncul preseden buruk dalam upaya penegakkan supremasi hukum, dimana pihak-pihak yang yang tidak puas terhadi sesuatu hal akan melakukan cara-cara premanisme. (dod)