Di Myanmar Semua Kalangan Memakai Sarung
YANGON(RIAUMANDIRIR.co) - Lumrah bagi seorang aki-laki, perempuan, tua, muda, petani, buruh, hingga pebisnis yang tinggal di Myanmar untuk menggunakan "sarung" sepanjang hari.
Kain tersebut dililit menjadi seperti rok panjang, persis sarung yang digunakan umat Muslim sebelum menunaikan salat.
"Ini namanya longyi, kain yang dipakai oleh semua orang Myanmar. Mereka memakainya di semua kesempatan," tutur Nang
Hla May, pemandu yang mengantar saya dan bersama rombongan dari Tourism Authority of Thailand (TAT) berkeliling Yangon, Myanmar, beberapa waktu lalu.
Semua orang di jalan, pasar, kuil, hingga taman kota, menggunakan longyi sebagai bawahan. Longyi yang digunakan memiliki panjang rata-rata dua meter, dengan lebar 80 sentimeter. Perbedaan longyi yang digunakan laki-laki dan perempuan hanya tampak pada motifnya saja.
"Longyi laki-laki biasanya berwarna maskulin, seperti hitam, cokelat, abu-abu, atau biru tua. Untuk wanita biasanya lebih berwarna dan bercorak," terang May, panggilan akrab pemandu kami.
Di Myanmar, longyi yang digunakan oleh laki-laki disebut paso dan untuk perempuan disebut htamain. Yeikrida sendiri mengenakan longyi warna biru cobalt, senada dengan bajunya yang lengan buntung. Kebetulan lainnya, para wanita Myanmar memang terkenal punya badan langsing sehingga sangat cocok mengenakan longyi.
"Wanita Myanmar memang terkenal langsing. Mungkin karena kami makan banyak sayuran dan bumbu," imbuh May.
Longyi pun menjadi suvenir dan buah tangan populer di kalangan turis. Anda bisa menemukannya di Scott Market, yang terletak di tengah Kota Yangon. Satu buah longyi dibanderol sekitar 200-300 Kyat (Rp 20.000-30.000). (kom/ivn)