Optimalisasi Landasan Bandara SSK II Terganggu ILS
PEKANBARU (RIAUMANDIRI.co)- Pemerintah Provinsi (Pemrov) Riau melalui Dinas Perhubungan pertanyakan kinerja AirNav Indonesia karena belum memindahkan instrumen sistem pendaratan (ILS) di bandara Pekanbaru.
"Hingga kini AirNav, belum juga pindahkan ILS supaya landasan pacu bandara setempat bisa digunakan seluruhnya," ucap Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Riau, Rahmad Rahim di Pekanbaru, Jumat.
Ia memaparkan, landasan pacu di Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II merupakan landasan terpendek, setelah Bandara Radin Inten II di Lampung Selatan.
Bandara di Provinsi Lampung tersebut memiliki panjang landasan pacu 2.500 meter, namun tahun ini ditagetkan miliki panjang landasan 3.000 meter supaya bisa didarati pesawat berbadan besar.
Dia membandingkan dengan panjang landasan pacu bandara di ibu kota Provinsi Riau baru bisa digunakan cuma sepanjang 2.240 meter
Sampai akhir tahun 2015, landasan telah diperpanjang 360 meter. "Artinya masih terdapat 360 meter yang belum dipergunakan, padahal sudah dibangun sampai 2.600 meter," katanya.
Rahmad mencontohkan, seperti Bandara Internasional Adi Sumarmo, Solo di Provinsi Jawa Tengah, sudah bisa melepas ribuan jamaah haji walau landasan pacu cuma 2.600 meter.
"Di Solo, run way (landasan pacu) baru capai 2.600 meter, tapi sudah jadi embarkasi haji. Mereka berangkat dari Solo, isi avtur di (bandara) Padang dan berangkat langsung ke Makkah," terangnya.
Pemprov Riau sendiri telah menyumbangkan tanah sebesar Rp12 miliar lebih dalam perpanjangan landasan hingga 2.600 meter
"Ini kita, tinggal menggeser ILS. Kalau terdapat suatu kendala, kita rapatkan bersama untuk cari jalan ke luar. Apalagi masalah pembebasan lahan milik warga," bebernya.
"Janganlah sembunyi-sembunyi, apa masalah yang terjadi sebenarnya. Kita sudah tunggu selama empat tahun hanya untuk masalah ini," kata Rahmad.
General Manager Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II, Jaya Tahoma Sirait mengatakan, pihaknya menargetkan landasan pacu 2.600 meter baru bisa beroperasi pada April 2017.
"Kami targetkan Februari 2017 selesai dan April 2017 bisa dimanfaatkan. Semoga tidak ada halangan," katanya.
Ia berujar, kendala kini sedang diupayakan diselesaikan adalah pembebasan lahan seluas 2,5 hektare untuk berbagai perlengkapan.
Seperti berbagai peralatan navigasi, lampu, serta lain sebagainya, seiring dengan penambahan run way sepanjang 360 meter.
"Kita terus berkoordinasi dengan BPN (Badan Pertanahan Nasional), agar pembebasan lahan dapat segera diselesaikan," ujarnya.(ant/ara)