Kamar JCH Kampar Terbakar
MAKKAH (RIAUMANDIRI.co) - Musibah kebakaran menimpa satu kamar, yang dihuni lima orang jamaah calon haji asal Kabupaten Kampar, yang tergabung dalam Kloter 9 Embarkasi Batam.
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Sedangkan lima JCH Kampar yang kamarnya terbakar, dipindahkan ke tempat lain. Kebakaran terjadi di kamar 215 Hotel Syisyah Tower 45, kawasan Syisyah, Makkah, Rabu (7/9) sekitar pukul 10.15 Waktu Arab Saudi. Kebetulan hotel itu berada depan Kantor Sektor 6 Panitia Haji Indonesia.
"Kebetulan kamar ini dihuni lima orang ibu-ibu dari Kelompok Terbang 9 Embarkasi Batam (BTH 09). Setelah ibu-ibu memasak nasi dengan ri cooker tadi pagi, kemudian ditinggal pergi karena ada kegiatan pembinaan jamaah menghadapi Arafah. Jadi ketika peristiwa itu terjadi, kamar dalam keadaan kosong," terang Kepala Sektor Enam Panitia Haji Indonesia, Mazdjad Mohammad Syah.
Dikatakan, setelah kebakaran dipadamkan,
Kamar tampak sisa-sisa tempat tidur yang terbakar, rice cooker dengan nasi di dalamnya, serta kabel pengisi daya telepon genggam. Barang-barang itu tertutup abu sisa pemadaman.
"Kebakaran terjadi sekitar pukul 10.15. Ada salah satu jamaah yang kebetulan izin masuk kamar melihat ada asap di lantai dua. Langsung diinformasikan kepada ketua kloter. Alhamdulillah dalam 30 menit api bisa dipadamkan," tambahnya.
Menurutnya, api diduga muncul akibat penggunaan satu stop kontak, yang digunakaan untuk memasak nasi dengan rice cooker dan mengisi baterai telepon genggam. Diduga, panas dari rice cooker diduga membuat kabel pengisi daya baterai ponsel terbakar dan merambat ke tempat tidur yang terletak di dekat rice cooker.
Saat ini, kelima JCH Kampar penghuni kamar tersebut, telah dipindahkan ke kamar cadangan di lantai yang berbeda.
Didatangi Menag Informasi yang sama juga disampaikan Ketua Kloter 2 BTH Batam, Amri Fitri. Menurutnya, saat kebakaran terjadi, para JCH memang sempat panik. Mereka sempat berhamburan lari keluar dari hotel. Bahkan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin juga telah menyempatkan diri mendatangi kamar yang terbakar tersebut.
"Dari keterangan Kepala Sektor 6 Makkah, sekarang kondisinya sudah membaik. Sekitar pukul 12.30 Waktu Arab Saudi, Pak Menteri Agama yang juga Amirul Haj Indonesia sudah memantau kondisi. Semua dipastikan aman. Para jamaah kita juga sudah kembali tenang," ujarnya.
Sementara itu, Nasraini binti Maksudin (65), salah satu penghuni kamar, mengakui jika ia dan teman-temannya lalai mencabut kabel rice cooker ketika meninggalkan kamar.
Mereka memasak nasi untuk satu regu yang terdiri dari 11 orang pada subuh. Ia mengatakan tidak mengetahui jika dianjurkan untuk tidak memasak di hotel. "Tidak ada barang yang rusak," katanya.
Pelajaran Berharga Sementara itu, Menag Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, musibah kebakaran itu merupakan pelajaran yang sangat berharga, sekaligus peringatan bagi JCH Indonesia agar tidak menggunakan alat-alat yang menggunakan daya listrik tanpa pengawasan.
"Banyak barang yang tentu rusak. Tapi Alhamdulillah bersyukur semua penghuni kamar selamat," sambungnya.
Ke depan, pengawasan dan sosialisasi penggunaan listrik di kamar akan semakin digencarkan. Para panitia pun ditantang oleh Menag untuk bekerja lebih keras mengatur jemaah yang membawa peralatan listrik. "Ini lebih karena ketidaktahuan," kata Menag.
Satu lagi yang jadi perhatian Menag Lukman adalah masalah pemberian konsumsi. Dia menyadari, rice cooker yang dibawa JCH Indonesia karena jatah makan di Makkah yang hanya 12 hari, padahal masa tinggalnya lebih dari itu. Yang perlu dicatat, jatah makan hanya diberikan 12 hari atas pertimbangan faktor distribusi yang sulit ketika lima hari menjelang dan sesudah wukuf di Arafah. Jalanan macet dan sangat sulit untuk mengirim makanan.
"Ini memang menimbulkan konsekuensi masing-masing jemaah harus mencari makanan dan masak di rice cooker," ungkapnya. Karena itu, dia akan berusaha memikirkan solusi agar konsumsi jemaah bisa ditambah dalam gelar haji tahun depan.
Sementara itu, kejadian kebakaran akibat lalai memasak di dalam kamar juga terjadi pada tahun lalu. Untuk tahun ini, di lobi hotel telah dipasang pengumuman dilarang memasak.
Selama di Makkah, menjelang puncak haji pemberian makan kepada JCH memang telah dihentikan. Sebagai gantinya, para JCH memperoleh uang kebutuhan hidup atau "living cost" sebesar 1.500 riyal.
Sejumlah insiden yang terjadi di pemondokan sebagian besar adalah peristiwa yang selalu terjadi setiap tahunnya, misalnya asap rokok yang memicu alarm dan kasus sprinkle atau penyemprot air yang menyertai detektor asap yang dijadikan gantungan baju. (bbs, kom, dtc, ara, sis)