Kapolda: Pertemuan Itu tak Disengaja
PEKANBARU (RIAUMANDIRI.co)-Terkait foto bersama sejumlah perwira Polda Riau dengan petinggi perusahaan sawit, Kapolda Riau Brigjen Pol Supriyanto, akhirnya angkat bicara. Ia menegaskan pertemuan seperti yang tergambar dalam foto tersebut hanya kebetulan saja. Supriyanto membantah jika momen itu sengaja digelar untuk membicarakan terkait perkara karhutla.
Pemilik hotel mengenalkan sejumlah rekannya kepada petinggi Polda Riau tersebut. Saat itulah terjadi momen foto bersama.
"Persoalan awal, pengen makan bersama. Pertama tamu (dari) pejabat Mabes (Polri). Datang pemilik hotel bersama temannya. Karena mereka di lokasi yang sama, mereka say hello," terang Supriyanto dalam jumpa pers di Ruang Tribharata
Kapolda Lantai II Mapolda Riau, Jumat (2/9).
Kapolda Saat kejadian, terangnya, tim Divisi Propam Mabes Polri datang ke Riau untuk melakukan penyelidikan terkait rusuh di Kabupaten Kepulauan Meranti yang menyebabkan dua orang masyarakat sipil meninggal dunia.
Ditambahkan Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Riau, Kombes Surawan, foto bersama itu terjadi Minggu (28/8) lalu, di Lounge Hotel Grand Central Pekanbaru.
Ketika itu, dirinya bersama Kasubdit II dan III Dit Res Krimum Polda Riau, dan anggota Paminal Mabes Polri terlebih dahulu berada di lokasi tersebut untuk membahas penyelidikan yang terjadi di Meranti beberapa waktu lalu.
"Awalnya saya bertiga, Saya, Paminal Mabes, Kasubdit II dan Kasubdit III. Kami duluan baru rombongan pemilik hotel. Kami tidak niat berkongkow. Karena rekan kami (tim Mabes Polri) nginap di sana. Itu di lounge fasilitas umum. Kami pisah meja, mereka di meja lain," terang Surawan.
Selanjutnya, kata Surawan, pihaknya menghubungi Kapolresta Pekanbaru, Kombes Pol Tonny Hermawan, untuk bergabung ke sana. Hal tersebut dikarenakan Toher, biasa Kapolresta Pekanbaru disapa, merupakan satu angkatan dengan Surawan dan anggota Propam Mabes Polri, saat menempuh pendidikan di Akademi Kepolisian. Selain itu, Direktur Reskrimsus Polda Riau, Kombes Pol Rivai Sinambela, juga dihubungi untuk bergabung.
"Kami juga kontak Dir Krimsus (Rivai Sinambela,red) dan Kapolresta Pekanbaru," lanjut Surawan.
Ternyata, tak jauh dari tempat duduk mereka, terdapat Pengelola Hotel Grand Central Pekanbaru, Masli alias Ahan, bersama rekan-rekannya. Karena saling mengenal, lanjut Surawan, dirinya kemudian menghampiri meja Ahan.
"Karena kenal dengan pengelola (hotel, red), kami menghampiri mereka. Pemilik hotel minta foto bersama. Yang foto itu Kasubdit III (Dit Reskrimum Polda Riau). Jadi kami bukan kami kongkow-kongkow," sebut Surawan.
"Setelah salaman dan foto, kami pisah. Kami duduk di meja kami dan melanjutkan evaluasi penyelidikan soal Meranti itu. Mereka (pengusaha, red) juga kumpul dengan mereka lagi. Selesai sampai di sana. Tidak ada kami membahas soal lain," sambungnya menegaskan.
Dalam kesempatan tersebut, Surawan menegaskan kalau dirinya tidak mengetahui siapa rekan dari pengelola hotel tersebut. "Kami duluan datang. Setengah jam kemudian rombongan mereka datang. Jadi tidak ada kesengajaan. Kami tidak tahu siapa yang dibawa pengelola hotel ini. Jadi jangan dikait-kaitkan ke SP3. Kami juga tidak membahas soal Karhutla. Tapi soal kasus Meranti," tegas Surawan.
Sementara itu, Kapolresta Pekanbaru, Kombes Pol Tonny Hermawan menjelaskan keberadaannya di lokasi tersebut tidak ada kaitannya dengan perkara kehutanan. Ia beralasan berada di lokasi itu karena Perwira dari Divisi Propam Mabes Polri merupakan rekan satu angkatan dengannya saat pendidikan di Akademi Kepolisian.
"Keberadaan saya di situ, tidak terkait langsung karhutla, dan kasus Meranti. Saya di sana kebetulan satu leting dengan anggota Propam Mabes (Polri), Kombes Hendra. Kami juga sama-sama satu daerah, tetangga saya di Bandung. Secara etika, itu saya silaturahmi saja," terang Toher.
Ia juga menerangkan pose saat berfoto bersama tersebut menunjukkan jika dirinya baru datang, dan tidak mengetahui momennya perkenalan dan permintaan berfoto.
"Saya datang bertepatan dengan saat foto-foto, dan saya sedang lagi telrpon, itu pose saya," imbuh Toher.
Keterangan senada juga dilontarkan Kabid Humas Polda Riau, AKBP Guntur Aryo Tejo. Ditegaskannya, keberadaan petinggi Polda Riau dan Mabes Polri di tempat iu dalam rangka pendalaman kasus Meranti, bukan membahas kasus Karhutla yang tengah ditangani Polda Riau.
Guntur juga meluruskan pernyataan yang dikeluarkan forum penggiat lingkungan hidup tersebut dalam rilisnya yang mengatakan kalau PT APSL merupakan salah satu perusahaan yang dihentikan proses penyidikannya pada 2015 lalu.
"(PT) APSL tidak termasuk dalam perusahaan yang diterbitkannya SP3 tersebut. Di sana itu (hotel,red) dalam rangka pendalaman kasus Meranti," sebut mantan Kapolres Pelalawan tersebut.
Terpisah, Legal PT APSL, Novalina Sirait, saat dikonfirmasi juga menegaskan hal yang sama. Novalina juga membantah rumor yang beredar, yang menyebutkan terdapat kebakaran di atas lahan konsesi perusahaan beberapa waktu lalu.
"Tidak ada lahan perusahaan (PT APSL) yang terbakar. Lagian tidak ada nama perusahaan kami yang masuk dalam perkara yang di-SP3-kan Polda Riau," kata Novalina.
Dijelaskan Novalina, luas lahan PT APSL yang terletak di Desa Sontang Kecamatan Bonai Darussalam, Rohul, adalah 3.112 hektare. Hal tersebut berdasarkan Izin Usaha Perkebunan yang diterbitkan Bupati Rohul pada tahun 2002.
"Dari 3.112 hektare lahan di Desa Sontang, tidak ada titik api di sana," lanjutnya.
Keterangannya itu tentu saja berbeda dengan informasi di Mapolda Riau, yang menyebutkan kalau saat ini Dit Reskrimsus Polda Riau tengah melakukan penyelidikan terkait dugaan kebakaran di lahan PT APSL.
"Kalau itu, silakan saja tanya ke Polda (Riau)," elak Novalina.
Saat ditanya terkait hebohnya dunia maya terkait munculnya foto petinggi perusahaannya bersama sejumlah Pamen Polda Riau, dan tujuan pertemuan tersebut, Novalina memilih tidak menanggapi.
"No Comment saya kalau soal itu. Saya mohon maaf," pungkasnya.
Sebelumnya, diketahui kalau terdapat ratusan hektare lahan terbakar di Kabupaten Rokan Hulu. Dimana, lahan terluas yang mengalami kebakaran berada di lahan milik PT APSL. Namun hingga kini, belum diketahui penyebab dan pelaku pembakaran lahan tersebut.
Menurut Kasubdit IV Dit Reskrimsus Polda Riau, AKBP Hariwiyawan Harun, pihaknya beserta tim bersama Polres Rokan Hulu telah turun ke lapangan untuk melakukan penyelidikan. Untuk sementara, diperoleh informasi kalau terdapat sekitar 800 hektare lahan yang terbakar.
Diterangkannya, kebakaran bermula dari lahan warga berinisial TB. Dikarenakan kondisi angin yang kencang, bunga api melompat ke lahan milik PT APSL yang merupakan perkebunan kelapa sawit produktif.
Menurutnya, pihak perusahaan sudah berupaya untuk melakukan pemadaman, dan peralatan yang dimiliki juga memadai. "Karena angin sangat kencang, makanya api sulit dipadamkan hingga akhirnya mencapai 800 hektare," jelas mantan Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru tersebut.
Kendati demikian, pihaknya belum mengambil kesimpulan terkait proses penyelidikan ini. Pihaknya akan melakukan gelar perkara bersama Polres Rohul untuk menentukan langkah-langkah berikutnya.
Selain PT APSL, pihak kepolisian juga diketahui tengah menyelidiki keterlibatan PT Bina Daya Bentala, dimana terdapat 20 hektare lahannya terbakar.
Keberadaan PT APSL di Rohul selama ini juga menimbulkan polemik di tengah-tengah masyarakat sendiri. Tak ayal, bentrok kedua belah pihak kerap terjadi. Hal ini disebabkan PT APSL diketahui belum mengantongi izin pelepasan dari Kementerian Kehutanan. Perusahaan ini baru mengantongi izin lokasi seluas 3.112 hektare di Kecamatan Kunto Darussalam, dan Izin Usaha Perkebunan dari Bupati Rohul tahun 2003.
Sementara masalah yang timbul yakni terkait dugaan PT APSL yang membuka lahan dari kawasan hutan ke lahan perkebunan. Hal inilah yang ditentang masyarakat. (dod)