Olahan tongseng pedas dan tongseng kicik jadi inspirasi untuk idul adha
JAKARTA(RIAUMANDIRI.CO)- Menjelang Idul Adha, tentunya perlu inspirasi dalam mengolah daging kambing. Tongseng yang menjadi kuliner asli Indonesia bisa jadi salah satu pilihannya.
Sajian berbahan kambing jadi favorit saat perayaan Idul Adha. Olahan paling populer berupa sate. Namun selain itu, masih banyak hidangan enak lainnya dari kambing.
Untuk memberi inspirasi baru menu Idul Adha, Bango mengadakan acara yang mengangkat kelezatan hidangan daging kambing Nusantara di Oasis Restaurant pada Selasa, 30 Agustus 2016. Sebab salah satu komitmen Bango ingin berkontribusi dalam pelestarian kuliner otentik Indonesia.
Menurut Melia Putri Handayani, Head of Marketing Savoury and Spread PT Unilever Indonesia, Tbk., Idul Adha menjadi momen penting dalam berbagi. Selain berbagi kurban, ada tradisi berkumpul dengan keluarga sambil makan sajian berbahan kambing.
"Memanfaatkan momen Idul Adha, kambing itu cocok atau jodohnya dengan kecap. Jadi diolah dengan kecap Bango akan menghasilkan makanan yang lezat. Kami ingin mengajak atau membantu memberi inspirasi bagi para ibu untuk membuat sajian dari kambing," tutur Melia dalam konferensi pers 'Lestarikan Warisan Kuliner Nusantara dengan Sajian Tongseng di Idul Adha' (30/08).
Tongseng dipilih sebagai tema acara karena hidangan asal Pulau Jawa ini punya banyak keistimewaan. "Tongseng punya sejarah yang unik dan asli Indonesia. Makanan ini juga menjawab masalah ibu-ibu yang kadang dapat bagian (kambing) tertentu yang kalau diolah jadi sate atau sajian tertentu akan sulit. Tongseng juga cirinya bumbu yang kaya dan memakai kecap," lanjut Melia.
Arie Parikesit selaku pengamat kuliner juga hadir dalam acara ini untuk menceritakan sejarah dibalik kelahiran Tongseng. Ia pun menyampaikan keunikan tongseng yang diolah memadukan teknik merebus dan menumis. Sehingga sajian makin kaya rasa.
Tentunya tongseng ikut jadi solusi dalam memanfaatkan potongan kambing di Idul Adha. "Bahan kambing yang didapat dari Idul Adha ada macam-macam. Jeroan dan iga bisa dibikin gulai, ada dagingnya bisa dibikin tongseng. Jadi semua yang didapat saat Idul Adha bisa diolah jadi beragam masakan," tutur Arie.
Arie menambahkan bahwa tongseng memiliki banyak variasi. Bisa dibuat berkuah, pedas atau kering. Seperti terlihat dari racikan tiga penjaja Tongseng legendaris yang hadir dalam acara.
Turut hadir pemilik Tongseng Pondok Sate Kambing Muda Pejompongan dari Jakarta, Tongseng Petir Pak Nano dari Bantul dan Tongseng Kicik Pak Jede dari Yogyakarta. Semuanya punya ciri khas berbeda yang ditunjukkan dalam demo masak.
Pak Sukatni dari Tongseng Pondok Sate Kambing Muda Pejompongan misalnya memakai sate kambing muda yang empuk dan nanas. Sementara Tongseng buatan Pak Nano punya ragam tingkat kepedasan. Mulai dari level PAUD yang tidak pakai cabai sampai profesor menggunakan sekitar 50 cabai rawit.
Lain lagi dengan Tongseng Kicik. Tongseng kering ini hanya memakai sedikit kuah yang menyerupai saus. Tampilan sekilas mirip "baceman" dengan daging berwarna lebih cokelat pekat.
"Melalui inspirasi yang Bango hadirkan dalam acara ini, mudah-mudahan para ibu lebih semangat dan percaya diri menyiapkan hidangan tongseng yang variatif. Di saat yang sama turut berperan melestarikan kekayaan kuliner Nusantara bersama keluarga tercinta," pungkas Melia.(dtk/ivn)*