Kapolri: Kasus Meranti Pelajaran Pahit
PEKANBARU (riaumandiri.co)-Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Pol Tito Karnavian, mengingatkan kasus rusuh di Selatpanjang, Kabupaten Meranti, jangan sampai terulang lagi. Sebab, hal itu bisa menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap institusi Polri.
Demikian salah satu isi arahannya di hadapan 700 personel jajaran Polda Riau di Markas Komando Brimobda Polda Riau, Selasa (30/8).
Menurut Kapolri, kepercayaan masyarakat kepada Polri terus menurun pasca sejumlah peristiwa yang menimpa lembaga Kepolisian.
Salah satunya adalah sikap represif oknum Polres Kepulauan Meranti hingga menyebabkan tersangka pembunuhan tewas saat penangkapan, serta meninggalnya warga setempat saat bentrok dengan polisi.
"Kasus Meranti adalah pelajaran pahit. Saya imbau kepada seluruh jajaran Kepolisian, ini harus dievaluasi. Ambil pelajaran dan tidak boleh terjadi di tempat lain," tegasnya.
Kapolri menegaskan, peringatan ini harus benar-benar diperhatikan, supaya jangan sampai hal tersebut akan mencoreng nama baik ratusan ribu polisi di Tanah Air. Selain itu, kejadian seperti itu juga akan menutup prestasi polisi Indonesia.
Kapolri Dikatakan Tito, kepercayaan masyarakat harus diperoleh karena sesuai dengan zaman yang berlaku saat ini, demokrasi.
Commander Wish Guna memperbaiki internal Polri, Jenderal Tito mengatakan, pihaknya telah menerbitkan Commander Wish yang berisi 10 program prioritas ditambah dengan program Quick Wins.
Program yang telah dirumuskan itu meliputi perbaikan pelayanan publik, profesionalisme penegakan hukum, stabilitas keamanan dan ketertiban nasional, serta reformasi internal.
Ia mengatakan Commander Wish telah diterbitkan sejak 1,5 bulan yang lalu. Harapannya, seluruh jajaran Polda se-Indonesia dapat mengaplikasikan kebijakan Kapolri tersebut dengan baik.
"Saya melihat baru sampai level Pamen (Perwira Menengah,red) ke atas. Belum ke bawah, Pama (Perwira Pertama, red), Bintara, Tamtama. Belum sampai," tukas mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme tersebut.
Untuk itu, dia berharap agar 700 jajaran Polisi yang mendapatkan pengarahan langsung pada Selasa kemarin, dapat menyebarkan makna Commander Wish ke 10 ribu personil di masing-masing daerah hingga mendapatkan kepercayaan masyarakat.
Selain itu, ia juga mengatakan saat ini telah membangun sistem jaringan berbasis internet dan teknologi sebagai kontrol untuk mengukur kinerja dan budaya Polri. Setiap Polda, lanjutnya, akan terus dievaluasi sehingga bisa diketahui jajaran yang aktif atau justru abai.
"Yang terpenuhi akan kita berikan reward (penghargaan). Yang belum, akan kita evaluasi," urainya.
Poin 30 Menariknya pada kegiatan paparan dari Kapolri Jenderal Tito Karnavian tersebut, ternyata tidak semua anggota jajaran Polda Riau yang mampu menjabarkan secara baik Commander Wish tersebut.
Seperti, Kapolresta Pekanbaru, Kombes Tonny Hermawan, yang hanya diberi nilai 30 oleh Jenderal Pol Tito Karnavian. Pasalnya, sang kapolres tidak mampu menjelaskan secara baik poin-poin dari Commander Wish.
"Kapolresta Pekanbaru, coba jabarkan Commander Wish saya," perintah Tito kepada Kombes Tonny.
Namun, Toher, biasa sang kapolres disapa, malah menjabarkan persoalan pelayanan yang dilakukannya bersama anak buahnya.
"Commander wish, kami jalankan dalam bentuk patroli dengan menggunakan GPS. Jadi kami tahu anggota yang menjalankannya. Kami mengerahkan anggota kami ke lapangan," terang Toher, yang langsung dipotong Jenderal Pol Tito Karnavian.
Tito menilai Toher yang memiliki pangkat setingkat lebih tinggi dibandingkan kapolres lain di Riau, yakni Komisaris Besar Polisi, tidak paham atas progam commander wish tersebut
Namun Tito kembali meminta poin commander wish, Toni terbalik-balik dalam menjabarkannya. "Sudah-sudah, duduk saja. Nilai Kapolresta (Pekanbaru) 30 ini," sindir mantan Kepala Badan Penanggulangan Terorisme.
Kemudian Tito memerintahkan Karo Ops Polda Riau, Kombes Abdul Hafidh Yuhas untuk menyebutkan poin commander wish tersebut. Jawaban dari Kombes Abdul membuat Tito sepertinya merasa puas. "Ini mendekati sempurna nilai 80 lah," imbuh Tito kepada Kombes Abdul.
"Kalau commander wish dipahami, maka peristiwa (kericuhan) di Kepulauan Meranti tidak akan terjadi," jelas Kapolri.
"Commander wish ini inti dari kebijakan kepolisian untuk memperbaiki kepercayaan publik kepada Polri," sambungnya.
Selain Kapolresta Pekanbaru, Jenderal Tito juga menguji kinerja para Kapolres se Riau dalam menjalankan tugasnya, khususnya terkait commander wish.
Sementara itu, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) akan turun langsung ke Kabupaten Meranti, guna investigasi apakah ada pelanggaran HAM saat terjadinya bentrok di kabupaten itu.
Menurut Ketua Komnas HAM Imdadun Rahmat, pihaknya sudah membentuk tim pemantau yang akan berangkat ke Meranti. "Tim Pemantauan akan turun ke Meranti (investigasi)," terangnya.
Namun saat ditanya kapan tepatnya tim tersebut akan turun, Imdadun belum bersedia memberikan jawaban. (dod, rtc)