Berhenti Merokok Bebaskan Diri dari Perbudakan
JAKARTA (Riaumandiri.co) - Kita harus melakukan berbagai cara agar supaya orang berhenti merokok. Apalagi dari data yang ada tercatat ada 5,3 juta perokok di Indonesia itu adalah perokok anak-anak. Jadi betapa dahsyatnya bahaya rokok ini. Kalau kita lihat, ini yang membuat salah satu cara menekan bahaya rokok dengan menaikan harga rokok menjadi efektif.
Tapi bukan hanya itu, harus diberikan juga informasi ihwal bahaya rokok, baik secara kesehatan maupun dari aspek agama. Sebetulnya kalau bicara soal rokok, saya seringkali mengaitkannya dengan Surah Al Balad, ''Wa ma adrakamal akobah, fa kur akobah." Atau ''Tahukah kamu jalan yang mendaki lagi sukar, yaitu membebaskan budak dari perbudakan''.
Nah, membebaskan budak dari perbudakan ini salah satunya orang-orang yang diperbudak oleh keinginannya merokok dan akhirnya merusak kesehatannya. Jadi, segala sesuatu yang dia tidak bisa lepas daripadanya yang mengandung unsur kemudharatan dan unsur kemaksiatan, jelas itu perbudakan.
Jadi memang membebaskan budak dari perbudakan, kata Allah, sulit sekali. Tetapi ini harus kita lakukan. Itu salah satu bagaimana jika kita ingin negeri ini berhasil. Negeri ini menjadi ''Baldatun thoyibatun wa robbun gaffur'', salah satunya adalah ''fa kur akobah'', membebaskan budak dari perbudakan. Sederhananya, bagaimana membebaskan nafsu dan keinginan merokok, yang jelas-jelas mereka sudah tahu, bahwa merokok ini merusak kesehatannya.
Selebihnya, dengan berhasil membebaskan budak dari perbudakan, membebaskan dirinya dari nafsu keinginan merokok yang buruk tersebut, otomatis dia bisa melepaskan keburukan-keburukan lainnya. Jadi, saya setuju sekali untuk masalah rokok.
Tapi, bukan hanya permasalahan harga saja, tapi juga bagaimana kita memberikan penyuluhan-penyuluhan, baik penyuluhan tentang masalah kesehatan dan tentang permasalahan agama. Dia menzalimi diri sendiri dan menzalimi orang lain karena rokok dan bahaya asap rokoknya. Berbagai hal itu yang bisa menghentikan kebiasaan buruk merokok. (rep/aag)
Oleh: Ustaz Erick Yusuf*