Suara Adzan dari Makkah yang Terdengar di Masjid Buton
BAU-BAU(riaumandiri.co) - Masjid Agung Keraton di Buton, Sulawesi Tenggara punya cerita menarik. Konon, suara adzan dari Makkah terdengar langsung di dalam masjidnya.
Benteng Keraton Buton punya banyak cerita menarik. Setelah diulas sebagai benteng terluas di dunia, cerita menarik lainnya adalah soal Masjid Agung Keraton Buton yang berada di dalam komplek bentengnya di posisi paling depan.
"Masjid ini sudah ada sejak tahun 1511. Awalnya bukanlah masjid, melainkan sebagai tempat pertemuan rahasia. Lalu setelah Islam masuk ke Buton, fungsi bangunannya berubah sebagai masjid," kata kata pemandu wisata Benteng Keraton Buton, Laode M Adam Vatiq atau yang akrab disapa Adam.
Adalah Syekh Abdul Wahid dari Arab Saudi, yang berdagang dan menyebarkan Islam di Buton pada sekitar abad ke-14. Setelah Islam masuk, sistem kerajaan pun berubah menjadi kesultanan dan maypritas penduduk kala itu memeluk Islam.
Kembali ke cerita masjidnya, masjid yang kemudian diberi nama Masjid Agung Keraton Buton ini memiliki dua lantai. Lantai bawah untuk jamaah laki-laki dan lantai atas untuk jamaah wanita. Arsitektur aslinya tetap dipertahankan dengan banyak tiang-tiang yang menjadi pondasinya.
"Di masjid ini terdapat lubang yang posisinya ada di bagian imam salat. Dari lubang inilah, menurut sejarah dan cerita terdengar suara adzan dari Makkah," ungkap Adam.
Adam melanjutkan, lubang tersebut begitu dijaga oleh para pengurus masjid. Jangankan lubangnya, masjidnya juga sangat dijaga sampai sekarang. Wisatawan tidak dapat masuk ke sana, kecuali saat sedang waktu salat.
"Hanya imam masjid saja yang dapat membuka lubang itu. Bahkan seorang gubernur sekalipun jika tidak mendapat izin dari sang imam, tidak bisa melihat lubangnya," tegas Adam.
Jabatan seorang imam masjid mempunyai derajat yang tinggi dalam pemerintahan Kesultanan Buton (serta tetap dipertahankan hingga kini). Imam masjid punya hak penuh untuk mengelola Masjid Agung Keraton Buton ini, sekaligus bertanggung jawab atas umat Muslim setempat.
"Amaitaka amaitami, artinya kalau sudah hitam maka hitam. Sama seperti aturan yang berlaku, harus ditaati. Keputusan besar masjid ini ada ditangan imam," ujar Adam.
Bagian tempat imam tertutup dengan sajadah. Kala itu, hanya ada beberapa pengurus masjid yang sedang menyapu dan membereskan bagian dalam masjid untuk melaksanakan salat Ashar. Karena waktu kunjungan terbatas, awak media pun tidak sempat menemui sang imam.
"Selain itu, masjid ini juga punya banyak keunikan. Masjid ini punya 12 tangga yang melambangkan 12 rakaat shalat, dan jumlah lingkaran gendang 99 sama seperti Asmaul Husna. Jumlah tulangan di masjid tersebut berjumlah 313, sama seperti jumlah tulang dalam tubuh manusia. Lalu 13 lubang di masjid, jumlah yang sama dengan lubang pada tubuh manusia. Dua belas lubang terlihat, dan satunya tidak," papar Adam.
(dtk/ivn)