Musibah Dera Penumpang tanpa Pelampung
TANJUNGPINANG (riaumandiri.co) - Cuaca buruk di Kota Tanjungpinang, ibu kota Kepulauan Riau, Minggu pagi (21/8). Hujan disertai angin kencang membuat suasana mencekam di pelabuhan, tempat bersandar perahu pompong menuju Pulau Penyengat.
Pria separuh baya, berpakaian sederhana menunggu penumpang di perahu pompong (perahu kayu bermesin tempel) yang akan dikemudikannya menuju Pulau Penyengat.
Belasan orang mengantre membeli tiket perahu pompong yang akan berlayar sekitar 20 menit dari pelabuhan menuju Pulau Penyengat. Penjual tiket meminta 16 penumpang untuk turun ke tangga pelabuhan menuju pompong perahu yang dikemudikan Said Ismarullah.
Di perahu yang seharusnya hanya memuat 15 penumpang itu, mereka duduk berdesakan. Tidak tampak petugas yang mengawasi pelabuhan. Semua seperti hari-hari biasa.
Di kapal kayu itu juga tidak terdapat pelampung, sama seperti perahu lainnya yang mengantar penumpang ke pulau bersejarah tersebut. Tidak ada rasa takut yang menghalangi baik Said maupun para penumpang. Mereka tidak menunda keberangkatan.
Jarum jam menunjukkan pukul 09.00 WIB. Said pun menghidupkan mesin perahu yang biasanya dikemudi oleh ayahnya. Warga Pulau Penyengat itu mengemudikan pompong hingga keluar pelabuhan.
Masjid bersejarah Pulau Penyengat tampak jelas dari depan Pelabuhan Sri Bintan Pura, yang bersebelahan dengan pelabuhan, tempat belasan perahu pompong bersandar.
"Saya nikmati pemandangan," kata Rasti, salah seorang penumpang selamat di RSUD Tanjungpinang.
Beberapa menit perjalanan, Said dan penumpang mulai kaget, dan panik. Air laut mulai memasuki pompong. Gelombang tinggi menghantam perahu tersebut.
Perahu itu pun terobang-ambing hingga perlahan-lahan perahu mulai tenggelam. Penumpang be rusaha menyelamatkan diri, mencari benda yang dapat membuat mereka terapung.Tetapi gagal. Mereka terseret gelombang dan arus laut yang kuat.
"Saya bisa berenang. Saya berenang sampai di perairan persis di depan Rumah Makan Sederhana," kata Rasti. Rasti bertubuh besar. Ia selamat setelah sempat bertahan dengan di badan pompong yang sudah tenggelam, bersama tiga penumpang lainnya.
Perjuangannya untuk sampai ke bibir pantai sangat dramatis. Dia tidak memikirkan apapun, kecuali berdoa agar sampai ke tepi pantai setelah melihat papan berukuran besar bertuliskan Sederhana.
"Saya sempat ditarik-tarik oleh penumpang lainnya, sampai 'kelelep' beberapa kali. Saya berusaha melepaskan. Berhasil," ujarnya.
Saat kejadian, Kapal MV Oceana melintasi perairan itu. Namun hanya dua pelampung yang dilemparkan ke arah penumpang. Akhirnya sejumlah penumpang berebutan. "Saya tidak mendapatkan pelampung itu, tetapi tidak putus asa," ucapnya.
Rasti bukan satu-satunya yang selamat dalam peristiwa itu. Said Ismarullah, pengemudi perahu kayu itu juga selamat. Dia berhasil mendapatkan pelampung, dan menepi ke bibir pantai. Said masih trauma. Tubuhnya gemetaran. Dia merasa ketakutan saat ditemui di RSUD Tanjungpinang. "Saya tidak menyangka ini terjadi," ucapnya.
15 orang meninggal Minggu pagi hingga sore sembilan jenazah korban dibawa ke RSUD Tanjungpinang, sedangkan satu jenazah dibawa ke RSAL Tanjungpinang. Ratusan warga bersedih.
Senin (22/8) sejak subuh hingga siang hari, petugas menemukan lagi lima jenazah, di tempat terpisah, namun tidak jauh dari lokasi kejadian.
Gubernur Kepri Nurdin Basirun beberapa jam sejak peristiwa itu terjadi, berbaur dengan petugas untuk mencari korban.
Dia juga sempat meninjau posko yang dibangun di depan Gedung Daerah Tanjungpinang. Posko tersebut dibangun beberapa jam setelah perahu pompong tenggelam di perairan sekitar Pulau Penyengat.
"Saya atas nama pribadi, keluarga dan Pemprov Kepri turut berduka atas musibah tersebut," ujarnya.
Pelampung Sejumlah pejabat Tanjungpinang, Bintan dan Kepri melayat jenazah korban pompong tenggelam. Mereka juga menyemangati keluarga para korban.
Sekda Tanjungpinang Riono dan Pelaksana Tugas Sekda Kepri Reni Yusneli mengatakan musibah itu menjadi pelajaran yang berarti.
Pelajaran yang dapat diambil terkait keselamatan penumpang yang menggunakan kendaraan laut. Salah satu yang menjadi sorotan, jumlah penumpang yang tidak sesuai kapasitas dan tidak ada pelampung di perahu.
Riono mengatakan setiap tahun Pemkot Tanjungpinang menyerahkan bantuan pelampung kepada pemilik perahu pompong. Namun pelampung itu tidak disiapkan di pompong.
Kondisi ini akan mempengaruhi wisatawan. Perahu pompong yang tenggelam ini potensial menyebabkan jumlah wisatawan menuju Pulau Penyengat menurun.
Sementara Reni mengatakan keselamatan penumpang pompong harus menjadi perhatian. Sebenarnya, kata dia setiap sosialisasi keselamatan penumpang kapal dan pompong, pemerintah selalu mengingatkan wajib menyiapkan alat keselamatan penumpang, salah satunya pelampung.Tetapi sayangnya, pemilik pompong kurang memperhatikan hal tersebut.
"Meskipun jarak Tanjungpinang dan Penyengat dekat, tetap saja jika terjadi gelombang angin atau badai bisa mengakibatkan pompong tenggelam dan memakan korban penumpangnya. Oleh karena itu musibah ini kiranya bisa dijadikan pelajaran agar tidak terulang lagi," ucapnya.
Wakil Kepala Polda Kepri Kombes Yan Fitri mengatakan seluruh perahu seharsunya diwajibkan membawa pelampung untuk keselamatan pengemudi dan penumpang. Jika tidak membawa pelampung, maka perahu dilarang berlayar ke Pulau Penyengat. (ant/rud)