Menyigi Masalah Obesitas pada Anak
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 36/2009 tentang Kesehatan. Hidup sehat merupakan dambaan setiap orang. Tapi kapan datangnya penyakit tidak ada yang tahu. Karena itu merupakan rahasia Illahi. Seperti halnya masalah obesitas pada anak yang sedang menjadi perhatian publik.
Semenjak media massa ramai memberitakan seorang bocah bernama Arya yang berumur 10 tahun yang mengalami obesitas. Saat berita ini naik kepermukaan publik, berat badan Arya diketahui 190 kg. Karena mengalami obesitas, bocah tersebut terpaksa meninggalkan sekolahnya.
Sungguh sangat disayangkan sekali Arya harus meninggalkan sekolahnya dan cuma diam di rumah. Padahal Arya adalah murid berprestasi. Seperti pengakuan salah seorang guru di sekolah Arya, Sukesem, Arya siswa yang berprestasi dari kelas satu sampai kelas tiga SD. Di tengah keterbatasan orangtuanya untuk biaya pengobatan ia beruntung. Rumah Sakit Umum Pemerintah Hasan Sadikin (RSHS) Bandung mengerahkan 13 dokter menanganinya.
Terdiri dari dokter ahli gizi anak, endokrin anak, tumbuh kembang anak, patalogi klinik, radiologi, bedah anak, ortopedi anak, psikiater anak, dan rehabilitasi medik yang dibiayai BPJS kesehatan.
Diketahui, sehari dirawat di RS berat badan Arya turun 1,5 kg. Meskipun usai lebaran bobotnya kembali bertambah 190 kg usai.
Padahal sebulan lalu bobotnya 188 kilogram (Kompas,14/7). Kisah Arya mengalami obesitas dan tengah berjuang menurunkan berat badannya demi bisa bersekolah lagi dan bermain bersama temannya patut diacungkan jempol. Mengambil hikmah dari perjuangan Arya, para orangtua harus lebih serius lagi memperhatikan keadan anaknya dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, khususnya yang berdampak pada kesehatan sang anak.
Faktor Penyebab Obesitas merupakan kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Lemak merupakan salah satu jenis gizi yang di butuhkan tubuh yang berguna sebagai cadangan energi, di samping energi utama dari karbohidrat. Namun mengkonsumsi makanan berlemak secara berlebihan tanpa adanya aktivitas fisik dapat menggangu kesehatan tubuh. Perbandingan yang normal tubuh dengan berat badan sekitar 25 persen-30 persen pada wanita, dan 18 persen-23 persen pada pria. Obesitas pada anak merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius di masyarakat.
Di Amerika Serikat, dikatakan masalah ini telah meningkat 3 kali lipat selama 30 tahun terakhir. Sedangkan di Indonesia masalah ini meningkat 2 kali lipat selama 10 tahun belakangan. Penyebanya karena obesitas dianggap sebagai tren kesuksesan, karena dengan berbadan gemuk menandakan seseorang hidup berkecukupan. Meskipun sudah dianggap serius, pemerintah, masyarakat maupun para orangtua masih banyak yang belum memahami bahaya dari obesitas ini.
Menurut Dr Tan Shot Yen, dokter spesialis anak, ada dua faktor utama penyebab obesitas di Indonesia. Pertama faktor genetis, yakni diturunkan oleh orangtua. Seorang anak yang memiliki orangtua yang mengalami obesitas juga berpotensi mengalami hal yang sama.
Namun, hal ini tidak mutlak. Sebab ada juga contoh kasus anak orangtuanya mengalami obesitas, tapi sang anak tidak memiliki berat badan yang berlebih (normal). Namun obesitas pada anaknya dipicu karena mengkonsumsi kalori secara berlebihan dari konsumsi normalnya. Di Indonesia, faktor genetis ini hanya 5 persen ditemukan. Kedua, faktor polah asuh.
Di zaman yang serba modern yang lebih menekankan pada aspek materil, telah membuat para orangtua sibuk dengan pekerjaannya, sehingga memilih untuk meninggalkan tugas mengasuh anaknya pada babysitter atau tempat penitipan anak (TPA). Babysitterdan TPA pada umumnya tak punya pengetahuan lebih tentang kesehatan anak, dan hanya melakukan tugas pengasuhan seperti memberi makan dan tidur saja. Pola asuh titipan seperti ini jelas salah kaprah.
Anak diasuh tanpa memperhatikan asupan gizi berpotensi menimbulkan ancaman kebiasaan makan yang buruk. Tanpa di sadari juga, kesibukan kerja orangtua juga dapat mendorong anak mereka mengkonsumsi makanan instan, seperti junkfood dan soft drink.
Di samping faktor utama, faktor tambahan seperti pemberian fasilitas mewah seperti sepeda motor, komputer, dan playstation dapat membuat aktivitas fisik sang anak tidak aktif karena hanya duduk, diam, dan tidak bergerak. Selain itu, faktor eksternal, seperti kebijakan pemerintah juga turut serta menjadi penyebab obesitas pada anak. seperti kebijakan iklan pangan industri, label pangan tinggi kalori atau penambahan zat buatan, tambahan pajak pangan, label mana pangan sehat dan pangan tidak sehat, dan ketersediaan serta pemerataan pangan sehat terjangkau.
Pencegahan dan Penanganan Upaya mencegah anak yang memiliki berat badan normal agar tidak mengalami obesitas, dapat dilakukan dengan memperhatikan pola makan sehat dan berimbang sesuai dengan ketentuan Pasal 141 ayat (2) UU Kesehatan. Misalnya untuk usia bayi berikanlah ASI eklusif sejak dilahirkan selama 6 bulan (Pasal 128 ayat (1) UU Kesehatan). Menurut Dokter OZ, bayi sebaiknya diberikan ASI ekslusif sampai berumur 2 tahun, sebab semakin lama sang bayi minum ASI akan membuat kuat sistem kekebalan tubuh sang bayi, baik untuk perkembangan otak dan hubungan batin anak yang lama menyusuiASI pada ibunya cenderung lebih dekat ketimbang anak yang hanya sebentar menyusui pada ibunya. Setelah anak berhenti meminum ASI eklusif, pemberian susu formula dan bubur instan harus diperhatikan takaran dan volumenya.
Sedangkan anak-anak usia sekolah, buatlah pola makansehat dan berimbang lalu awasi kebiasaanya. Misalnya, bubur kacang padi untuk sarapan pagi sebelum pergi ke sekolah. Ketika pergi sekolah bekalilah anak makanan yang dimasak langsung oleh ibu di rumah untuk jam makan siang pada jam istirahat kelas. Selain itu, makanan yang disajikan di rumah, haruslah makanan yang dimasak langsung dari dapur dengan bahan makanan yang segar dan dibeli langsung dari pasar tradisional. Perhatikan juga teknik memasaknya, sebaiknya kurangi menggoreng dan beralih ke panggang, rebus, kukus atau pepes. Hindari juga memberikan cemilan atau makanan cepat saji seperti mie instan, permen atau biskuit.
Tak hanya asupan gizi anak, Para orangtua juga harus menyediakan quality time untuk mengajak anaknya berolahraga. Misalnya, olahraga outdoor seperti maraton selama 15 menit setelah Salat Subuh sebelum si anak berangkat ke sekolah atau bersepeda ria bersama anak pada sore hari atau olahraga indoor seperti melakukan senam di rumah dengan memutar kaset senam atau olahraga minute ball selama 1 menit. Frekuensi olahraga yakni 3-5 kali per minggu dengan lama olahraga sekitar minimal 15-40 menit dan pemanasan 15 menit.
Untuk anak yang terlanjur gemuk (obesitas), langkah cepat harus diambil oleh orangtua agar berat badan anaknya tidak bertambah lagi. Upaya yang dapat dilakukan orangtua, pertama, konsultasikan kesehatan anak pada dokter atau ahli gizi supaya orangtua diberikan pengarahan dan solusi yang baik dan benar dalam menurunkan berat badan anaknya.
Kedua, lakukanlah pola diet sehat dan berimbang dengan bertumpu pada asupan gizi dan awasi kebiasaan makan anak dengan menghindari makanan atau minuman berkalori dan gula tinggi. Misalnya beras putih bisa diganti dengan beras merah, santan dengan susu kedele, minyak goreng dengan margarin, pilihlah daging yang tidak berlemak, hindari memberikan makanan instan, goreng-gorengan, permen coklat dan perbanyaklah memberikan konsumsi sayur dan buah setiap makan. Buah dan sayur memegang peranan penting karena merupakan serat alami bagi tubuh yang dapat melancarkan sistem pencernaan tubuh. Menurut Dr Tan Shot Yen, 93,5 persen orang Indonesia tidak makan sayur pada umur 10 tahun ke atas. Selain itu anak-anak paling tidak suka atau susah memakan sayur.
Maka diperlukan kreativitas orangtua menyelipkan sayur pada makanan yang dikonsumsi oleh anak, agar makanan tetap sehat dan berimbang. Ketiga, upayakan banyak kesempatan melakukan aktivitas fisik, terutama aktivitas outdoor seperti maraton, joging, dan bersepeda dan kurangi juga jam menonton tv dan bermain playstasion, komputer atau gadget. Orangtua memiliki peran yang sentral terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Akan sangat penting bagi orangtua memperhatikan kondisi kesehatan anak-anaknya, agar tidak rentan terserang penyakit.
Orangtua harus punya quality time bersama anak supaya bisa lebih maksimal memonitoring setiap tumbuh kembang anak dengan memperhatikan pola makan sehat dan berimbang dan menjadikannya menu wajib bagi keluarga. *** Analis Hukum Kesehatan Fakultas Hukum Unand, Padang