Hilang dari Radar, EgyptAir Jatuh di Laut
KAIRO (riaumandiri.co)-Kecelakaan dalam dunia penerbangan kembali terjadi. Kali ini, sebuah pesawat Airbus A320 milik maskapai EgyptAir, dikabarkan menghilang dari radar, Kamis (19/5). Pesawat yang menempuh rute dari Paris menuju Kairo,
Hilang mengangkut 66 penumpang termasuk dua bayi. Untuk sementara ini, pesawat tersebut diduga jatuh di kawaan laut Mediterania.
"Termasuk 1 anak dan 2 bayi, 3 personel keamanan EgyptAir dan 7 awak kabin dengan total 66 orang," seperti dikutip dari akun twitter @EGYPTAIR, Kamis kemarin.
Pesawat dengan nomor penerbangan MS804 itu lepas landas dari Bandara Charles de Gaulle Airport, Paris, Rabu (18/5) malam waktu setempat. Pesawat hilang dari pantauan radar pada ketinggian 37.000 ribu kaki atau sekitar 80 mil sebelum masuk dalam wilayah udara Mesir.
"Perlu dicatat bahwa pilot pesawat memiliki 6.275 jam terbang termasuk 2.101 jam terbang Airbus 320. Adapun co-pilot, ia memiliki 2.766 jam terbang. Saat ini, tim khusus dari Angkatan Bersenjata Mesir sedang di lokasi untuk melakukan pemeriksaan dan penyelamatan," ujar akun tersebut.
Hingga tadi malam, belum ada informasi pasti tentang lokasi jatuhnya pesawat. Namun pihak maskapai mengonfirmasi, pesawat naas itu hilang kontak pada pukul 02.30 pagi waktu Kairo di atas Laut Mediterania. Titik lokasi hilangnya pesawat tersebut berada di 280 kilometer dari Teluk Mesir. Mestinya pesawat tersebut tiba di Mesir pukul 03.15 pagi waktu Kairo.
Dari total 66 penumpang di pesawat tersebut, sebanyak 56 orang merupakan penumpang yang berasal dari berbagai negara, sedangkan 10 orang lagi adalah kru pesawat. Pihak Kementerian Luar Negeri RI memastikan, tidak ada Warga Negara Indonesia yang berada dalam pesawat naas tersebut.
Sementara itu, akun twitter resmi milik maskapai menyebutkan, sebagian besar penumpang adalah warga negara Mesir sebanyak 30 orang. Selain itu warga Prancis sebanyak 15 orang,
Inggris, Belgia, Arab Saudi, Kuwait, Chad, Portugis, Aljazair, Kanada masing-masing satu orang dan warga Irak sebanyak dua orang.
Sebelum menghilang dari radar, kru pesawat disebutkan sempat mengirim pesan bahaya, yang terdeteksi oleh pihak militer Mesir. Seperti dirilis dari AFP, pesawat itu mengirimkan pesan tanda bahaya sesaat sebelum menghilang. Pesan itu diterima pada pukul 04.26 waktu setempat atau kurang dari 10 menit sebelum pesawat menghilang. Namun belakangan, informasi itu dibantah pihak militer Mesir.
Hingga berita ini dirilis, proses pencarian masih berlangsung. Tak hanya Mesir, Yunani juga ikut dalam pencarian pesawat tersebut. Pencarian ini dikoordinasi oleh militer Mesir.
Temukan Puing
Hingga tadi malam, juruu bicara militer Yunani, Vassilis Beletsiotis mengatakan, ditemukan puing-puing pesawat yang diduga bagian dari pesawat naas tersebut. Puing-puing itu ditemukan di sekitar Pulau Kreta di Laut Tengah.
Dikatakan, sebuah pesawat angkut Hercules C-130 milik angkatan bersenjata Mesir telah melihat puing-puing yang mengapung itu dan sejumlah kapal akan dikirim untuk melakukan investigasi.
Beberapa saat sebelumnya, Menteri Pertahanan Yunani, Panos Kammenos, mengatakan, Berdasarkan catatan terakhir sebelum Airbus A320 lenyap dari radar, pesawat yang membawa 66 orang itu berada di ketinggian 37.000 kaki. Pesawat itu terpantau sempat berbelok tajam di atas wilayah udara Mesir.
"Pesawat terpantau bergerak 90 derajat ke kiri dan kemudian 360 derajat berbelok ke kanan. Pesawat itu pun turun tajam dari ketinggan 37.000 kaki hingga ke 15.000 kaki. Sinyal hilang saat pesawat berada di ketinggian 10.000 kaki," urainya.
Aksi Teroris
Saat ini, spekulasi tentang penyebab hilangnya pesawat, mulai bermunculan. Salah satunya, diduga pesawat jatuh karena aksi serangan teroris. Hal itu mengingat Perancis dan Mesir dalam beberapa waktu belakangan ini merupakan dua negara yang kerap menjadi target serangan kelompok-kelompok radikal.
Dugaan itu dilontarkan Jean-Paul Troadec, mantan Direktur Biro Investigasi dan Analisis Penerbangan Perancis.
Dugaan senada juga dilontarkan seorang pakar dari Perancis, Gerard Feldzer. Ia menilai, kemungkinan akan kecil jika pesawat yang digunakan sejak tahun 2003 itu mengalami kendala teknis yang berujung pada kecelakaan.
"Kecil, kemungkinan ada masalah mesin," kata Gerard Feldzer sambil menegaskan, A320 adalah pesawat yang relatif muda.
Selain itu, A320 selama ini tercatat sebagai pesawat yang memiliki rekor keamanan yang baik. Pesawat ini pun merupakan produk terlaris untuk kelas menengah yang digunakan banyak maskapai di dunia.
"A320 mengudara dan terbang setiap 30 detik di seluruh dunia," kata Feldzer.
Kedua pakar ini pun memandang, kemungkinan cenderung kecil jika pesawat itu ditembak jatuh, seperti kasus yang menimpa pesawat Malaysia Airlines, di wilayah udara Ukraina, Juli 2014 lalu.
Mereka mengungkapkan, radar mencatat, EgyptAir sedang berada di ketinggian 37.000 kaki ketika menghilang dari radar. Posisi itu terlalu tinggi bagi senjata peluncur roket yang biasa digunakan kelompok teroris di Timur Tengah.
Terakhir, dugaan yang menguat, pesawat telah menjadi korban aksi teror karena sebelum hilang dari radar tak ada sinyal darurat yang dikirimkan pilot.
Namun spekulasi itu dibantah Perdana Menteri Mesir, Sherif Ismail. Menurutnya, terlalu dini menyimpulkan penyebab jatuhnya pesawat, termasuk soal terorisme.
"Operasi pencarian sedang berlangsung saat ini di daerah di mana pesawat diyakini hilang kontak," ujarnya seperti dikutip dari Reuters.
Saat ditanya apakah Mesir mengenyampingkan adanya teroris di balik insiden itu, Ismail tetap tidak mau menyimpulkan. "Kita tidak bisa mengecualikan apa pun saat ini atau mengonfirmasi apa pun. Semua operasi pencarian harus disimpulkan sehingga kita dapat mengetahui penyebabnya," jelasnya. (bbs, kom, dtc, sis)