Satu Warga Masuk Jaringan Teroris Santoso
DUMAI (riaumandiri.co)-Kodim 0320 Dumai membeberkan seorang warga kota wilayah pesisir Riau masuk jaringan teroris Santoso yang membuat kekacauan di daerah Poso, baru-baru ini.
Informasi pihak Kodim 0320/Dumai, menyebutkan, pria tersebut bernama Muhammad Ovan Fadlan. Pihak Kodim pun sudah melacak kebedaraan keluarga anggota jaringan yang masih diburu tim gabungan dalam Operasi Tinombala 2016. Setelah ditelusuri, ternyata Ovan sudah meninggalkan Kota Dumai sejak tahun 2005 silam.
"Terduga teroris yang bergabung dengan kelompok Santoso telah meninggalkan Dumai sejak 11 tahun lalu. Kita mendapatkan informasi ini setelah mengecek langsung kepada keluarganya yang masih berada di Dumai," beber Letkol (Kav) Rendra Adrian Siagian, Dandim 0320/Dumai, kemarin.
Dandim menyebut, orangtua Ovan ternyata selama ini tidak tahu bahwa putranya bergabung dengan Kelompok Santoso. Saat pergi dari rumah, Ovan mengaku hendak bekerja di Jakarta. Namun, yang terjadi malah bergabung dengan kelompok Santoso, yang masih diburu di pedalaman Poso, Provinsi Sulawesi Tengah.
Lanjut Dandim, ia menduga sebelum berangkat ke Jakarta, Ovan sudah lebih dulu dipengaruhi untuk masuk kelompok radikal tersebut. Namun pihaknya belum memastikan sosok yang merekrut Ovan untuk bergabung dengan Kelompok Jaringan Santoso. Ia diduga direkrut secara langsung, sehingga mudah terpengaruh.
"Hingga kini, kita masih memburu siapa yang merekrut terduga teroris tersebut.
Jika tidak cepat ditindak akan memberi peluang kepadanya untuk merekrut anggota lain. Apalagi, melihat cara kerjanya sangat mudah mempengaruhi Ovan sehingga mau bergabung," tegasnya.
Selain itu, saat ini Kodim Dumai juga berupaya mengawasi pergerakan perekrut anggota kelompok radikal. Maklum para perekrut kebanyak berasal dari luar Kota Dumai.
Sehingga mereka dengan mudah berpindah untuk merekrut anggota baru untuk bergabung. "Kita masih telusuri perekrutnya. Begitu juga asal dari perekrut tersebut," terang Dandim.
Dandim juga mengatakan bahwa sejumlah kelompok radikal patut diwaspadai keberadaannya. Sebut saja seperti Jaringan ISIS dan Gafatar. Keberadaan mereka tanpa disadari menimbulkan konflik. ***