2014, Ekonomi Riau Tumbuh 2,62 Persen
PEKANBARU (HR)- Perekonomian Riau tahun 2014 tumbuh diangka 2,62 persen atau terendah ketiga dari seluruh provinsi di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi ini mengalami perlambatan karena dipicu dengan menurunnya harga minyak dunia yang terjadi pada Desember lalu.
Demikian diungkapkan Kepala BPS Riau Mawardi Arsyad didampingi Kepala Bidang Neraca dan Analis Statistik Joni Kasmuri dan Kepala Bidang Statistik Sosial Siti Mardiah pada ekspose pertumbuhan ekonomi 2014 di Kantor BPS Riau, Kamis (5/2).
Dipaparkannya, minyak merupakan komposisi terbesar yang memberi andil terhadap pertumbuhan ekonomi Riau. Apalagi dari ketiga provinsi terendah tersebut, Riau merupakan salah satu provinsi penghasil minyak di Indonesia.
Lebih lanjut Mawardi mengatakan, jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi secara nasional yang tumbuh 5,02 persen, pertumbuhan ekonomi Riau masih sedikit lebih baik dibandingkan tahun sebelumna yang tumbuh hanya 2,49 persen.
"Mudah-mudahan ke depan kita bisa lebih baik lagi, jadi selain dari minyak pertumbuhan ekonomi Riau bisa lebih baik dengan didorong oleh hasil dari pertanian dan industri. Jadi tidak hanya bergantung dengan minyak saja, begitupula halnya dengan kebiasaan mengekspor bisa berkurang dibandingkan mengimpor," terangnya.
Dijelaskannya, pertumbuhan ekonomi Riau tersebut sudah termasuk data migas. Jika diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp679,69 Triliun dan PDRB perkapita mencapai Rp109,83 juta atau US$9.254,54.
Dalam pertumbuhan ekonomi Riau tersebut, pemberi andil tertinggi dicapai oleh Jasa Perusahaan sebesar 12,84 persen. Sedanngkan dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga dan Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga sebesar 7,34 persen.
Sementara itu, lanjut Mawardi, berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi Riau pada triwulan IV tahun 2014 tumbuh hanya sebesar 1,05 persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Sedangkan berdasarkan laju pertumbuhan PDRB untuk seluruh propinsi di Sumatera, Riau berada di posisi ke 8 dari provinsi di pulau Sumatera. Dengan tertinggi diraih oleh Jambi sebesar 7,93 persen, Kepulauan Riau sebesar 7,32 persen, Sumbar 5,85 persen dan Riau berada diatas Aceh yang tumbuh sebesar 1,65 persen.
"Jadi untuk menghitung laju pertumbuhan PDRB akan dihitung mulai dari tahun 2010, dengan menghitung pada 17 sektor usaha. Jadi ada penambahan dari sebelumnya hanya 9 sektor usaha sekarang menjadi 17 sektor usaha,"tutur Mawardi.
Ditambahkannya pula, untuk Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Riau pada triwulan I-214 mengalami pertumbuhan sebesar 101,96 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen masih optimis dari triwulan sebelumnya. Dengan didukung oleh salah satu Variabel pembentuk ITK, yakni tingkat konsumsi makanan dan bukan makanan 114,84 persen. Sedangkan nilai ITK pada triwulan I tahun 2015 diperkirakan akan tumbuh sebesar 104,14 persen artinya kondisi ekonomi konsumen akan membaik pada triwulan kedepan. Karena tingkat optimisme meningkat didukung oleh dua indeks yakni indeks pendapatan rumah tangga mendatang sebesar 104,65 persen dan indeks rencana pembelian barang tahan lama, rekreasi dan pesta/hajatan sebesar 103,22 persen.***