Lebih Banyak Sampah Batang Padi daripada Isi
SUNGAI MANDAU (riaumandiri.co)-Harapan petani untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal dengan mesin bantuan dari BPTP Riau membuahkan kekecewaan.
Pasalnya, hasil panen padi dengan dua unit Combine Harvester tersebut tidak bersih, lebih banyak sampah batang padi dibanding gabah bersih yang bisa dikarungi.
Demikian disampaikan seorang petani padi Kampung Muara Kelantan, Kecamatan Sungai Mandau Asep yang juga sebagai operator mesin panen.
Karena lebih banyak sampah, maka petani harus menyediakan karung lebih banyak, dua kali lipat dibanding hasil panen yang bersih dari sampah.
"Itungan persentasinya rugi bang, biasanya satu karung 45 Kg, dengan kondisi banyak sampah seperti ini paling sekitar 25 kg. Akibatnya harganya jatuh, biasanya 4 ribu/kg,sekarang paling laku Rp3.000/kg," kata Asep.
Selain itu, katanya, penggilingan padi juga keberatan mengupas padi kotor tersebut menjadi beras.
Sementara untuk memisahkan sampah dengan padi petani harus kerja dua kali, setelah dijemur harus ditampi.
"Dua mesin ini titipan dari BPTP, status kepemilikannya punya BPTP, jadi kami tidak berani merombaknya. Memang baru dipakai satu kali musim panen, petani banyak yang kecewa, awalnya mereka tidak tahu dan menyewa, setelah digunakan hasilnya seperti ini," terang Asep.
Lebih jauh Asep meminta kepada pihak BPTP untuk mengirimkan teknisi untuk menyeting atau memodifikasi 2 unit mesin panen tersebut.
"Jika sampai musim panen ke depan tidak ada teknisi datang dan dibiarkan seperti ini. Dua unit mesin BPTP ini terpaksa kami dudukkan.
Jika kita operasikan itungannya rugi, petani bayar sewa bagi hasil. Kalau dapat delapan karung, tujuh karung untuk petani satu untuk banyar sewa mesin," terang Asep.
Menurut Asep, jika dua unit mesin itu didudukan petani masih bisa panen normal.
Pasalnya, ada dua unit mesin panen yang digulirkan melalui Dinas Tanaman Pangan dan Holtikulural tahun sebelumnya. Satu unit mesin kecil bantuan pertama sangat bagus, hasilnya bersih dan mudah dioperasikan.
"Ini yang pertama datang, yang kecil persentasinya dapat, mudah dioperasikan, yang besar persentasinya dapat, cuma selang hidroloknya sering rusak dan harganya mahal," jelas Asep.
Kepala BPTP Riau Profesor Mas Ganti saat dikonfirmasi membenarkan secara kepemilikan mesin panen tersebut hak BPTP Riau dan kini dititipkan ke kelompok tani di Sungai Mandau.
Namun menurut Masganti, dua unit mesin itu pengadaannya dari Dinas Pertanian, keluhan itu akan dikonsultasikan.
"Saya tidak tahu pasti apakah ada perawatan dari pihak penyedia barang. Setau saya petani sudah dilatih untuk mengoperasikan mesin panen tersebut, kenama baru sekarang ada keluhan," kata Masganti.
Menanggapi hal ini Camat Sungai Mandau Irwan Kurniawan menyampaikan, saat ini masih masa transisi, sebelumnya petani panen manual dan kini dibantu dengan mesin panen.
Menurut Camat, adalah sebuah kewajaran jika masyarakat belum siap menerima perubahan.
"Kemaren petani sudah dilatih mengoperasikan mesin panen, kemungkinan mereka belum siap. Seiring berjalannya waktu kemungkinan nanti mereka akan merakan keuntungan dan efektifitas menggunakan mesin tersebut," kata Irwan Kurniawan.
Camat membenarkan kalau sebelumnya ada petani yang menyampaikan keluhan itu, namun di lain sisi juga banyak petani yang minta sawahnya dipanen menggunakan mesin.***