BRI Turunkan Bunga Kredit UKM Jadi 9,75 persen
JAKARTA (riaumandiri.co)-PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menetapkan penurunan suku bunga kredit khusus untuk sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) menjadi 9,75 persen per tahun dari sebelumnya rata-rata sebesar 12,75 persen. Suku bunga tersebut berlaku mulai 1 Mei 2016.
Wakil Direktur BRI, Sunarso mengatakan, perseroan terus berupaya untuk mendorong peningkatan penyaluran kredit serta merangsang pertumbuhan bisnis di sektor usaha UKM. Apalagi saat ini sektor UKM masih belum mampu menyamai besarnya portofolio BRI di mikro maupun di komersial, hanya sekitar Rp 20 triliun.
"Untuk itu BRI akan mendorong pertumbuhan kredit di kecil dan menengah. Salah satunya dengan menurunkan suku bunga kredit khusus untuk sektor UKM menjadi 9,75 persen dari 12,75 persen per tahun. Suku bunga bari tersebut berlaku terhitung sejak 1 Mei 2016, khusus untuk debitur baru nonexisting," kata Sunarso di Kantor BRI Pusat, Jakarta, Jumat (22/4).
Sunarso menjelaskan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan penurunan suku bunga kredit untuk sektor UKM. Pertama, latar belakang baik di industri perbankan secara nasional, maupun portofolio perseroan yang besar masih di sektor di dan komersial.
"Tetapi memang kalau dibuat perbandingan, sektor menengah itu porsi portofolionya kecil. Meski jumlah menengah sekitar 20 triliun. Artinya di UKM itu masih belum mampu menyamai besarnya portofolio kita di mikro maupun di komersial," jelasnya.
Kemudian, faktor selanjutnya yaitu komitmen bank-bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk secara bersama-sama menurunkan suku bunga, aturan pembatasan (capping) suku bunga deposito oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan reformulasi kebijakan penetapan suku bunga BI 7 Days Repo Rate yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI).
"Kita punya keyakinan cost of fund bisa turun suku bunga juga bisa turun termasuk kredit. Dalam rangka mendorong UMKM kita lihat faktor makro dan spirit untuk single digit juga menentukan pengaruh yang cukup besar terhadap penurunan suku bunga tersebut, dan mendorong pertumbuhan GDP yang lebih baik," katanya.
Sunarso menambahkan, target pertumbuhan kredit perseroan secara keseluruhan adalah 13-15 persen. Menurutnya, kontribusi terbanyak masih tetap di segmen mikro yang tumbuh di kisaran 20 persen.
"Sehingga kalau mau menumbuhkan UKM ini makin kecil segmennya kita ingin pertumbuhan makin besar. Berarti nanti yang akan kena gusur adalah pertumbuhan kredit kita di segmen wholesale itu yang akan bisa kita agak kurangi kemudian dialokasikan ke UKM ini,"katanya.
Menurutnya, di segmen wholesale banking ini sudah banyak yang menikmati suku bunga murah, karena risiko yang rendah. Sehingga dari segmen itu akan dialihkan ke pertumbuhan untuk sektor UKM, dan dikategorikan sebagai risk based pricing.(rep/mel)