Pascarusuh, 35 Warga Diperiksa
RENGAT (riaumandiri.co)-Hingga Kamis (17/3) malam, jajaran Polres Indragiri Hulu telah memeriksa 35 orang warga Desa Pesajian, Kecamatan Peranap, Indragiri Hulu. Pemeriksaan itu sebagai tindak lanjut dari kerusuhan yang terjadi di areal yang dikelola PT Rimba Lazuardi, Rabu (16/3) siang.
Selain itu, Polres Inhu juga telah mengamankan satu unit truk colt diesel yang diduga digunakan warga saat bersama-sama menyerbu areal PT Rimba Lazuardi. Truk tersebut langsung dibawa ke Mapolres Inhu sebagai salah satu barang bukti untuk mengungkap kasus tindakan anarkis ratusan warga Inhu tersebut tersebut.
Buntut "Belum ada penetapan tersangka terhadap kasus tersebut, namun satu truk yang diduga digunakan massa, sudah didapatkan dan dibawa untuk dilakukan penyelidikan lebih lanjut," ungkap Kapolres Inhu AKBP Ari Wibowo SIK.
Ditambahkan Kasubag Humas Polres Inhu, AKP M Ari Surya, pihaknya telah mengamankan 35 orang warga, yang diduga ikut serta dalam penyerbuan yang diwarnai dengan tindakan anarkis dan pembakaran di sejumlah asset PT Rimba Lazuardi tersebut. Mereka dibawa Mapolres Inhu untuk dimintai keterangan terkait kejadian tersebut.
Hingga Kamis malam pukul 21.00 WIB kemarin, pemeriksaan terhadap 35 orang warga Pesajian tersebut masih berlangsung. "Pemeriksaan masih berjalan, belum bisa diketahui akan ada penetapan tersangka ataupun tidaknya, termasuk penahanan karena masih dalam proses," terangnya/
Kronologis Kejadian.
Sementara terkait aksi penyerbuan itu, Ari mengatakan, pihaknya juga telah mendapat gambaran. Dikatakan, dalam aksi penyerbuan di PT Rimba Lazuardi tersebut, ratusan massa datang dengan menggunakan satu unit truk Cold Diesel, satu unit Mobil Strada, satu unit Navara dan lebih Kurang 50 unit sepeda motor.
Setibanya di lokasi, massa sempat bertemua rombongan petugas Security PT Rimba Lazuardi yang tengah berkeliling. Ketika itu, petugas security yang mengendarai Mazda double cabin, ditabrak dengan mobil Strada. Selanjutnya, massa langsung mengeroyok petugas security kemudian lari tunggang langgang karena melihat massa yang semakin beringas dengan membawa senjata tajam.
Massa yang sudah tersulut emosi lalu membakar mobil patroli tersebut berikut satu bus lain milik perusahaan. Tak sampai di situ, massa kemudian bergerak menuju camp Kontraktor PT HIL dan membakar baby tank berisi minyak solar sebanyak 16 unit.
Selain itu, sebanyak tiga unit base camp karyawan juga ikut dibakar. Begitu pula dua unit eskavator merk Hitachi dan dua unit mesin chainsaw.
Setelah mengobrak-abrik aset perusahaan, massa terus bergerak menuju kantor dan mess karyawan PT Rimba Lazuardi. Di tempat ini, massa menganiaya dua petugas security perusahaan, yakni Pipin Rianto Manurung (22) yang mengalami luka bacok di pergelangan tangan sebelah kanan dan Zulkifli Sitompul (30), yang mengalami luka memar di bagian Wajah.
Meski demikian, emosi warga ternyata belum tuntas. Mereka kembali membakar satu unit eskavator merk Hitachi, dua unit mesin genset, satu unit glader dan sejumlah sepeda motor milik karyawan perusahaan. "Semua masih kita dalami, setiap informasi yang didapat akan terus kita kembangkan," tambah Ari.
Sementara itu Kapolsek Peranap, AKP Suparman mengatakan, hingga Kamis kemarin, situasi di tempat terjadinya kerusuhan sudah aman dan terkendali.
"Satu pleton Dalmas masih berjaga-jaga di lokasi, meskipun situasi masih aman, namun penjagaan perlu dilakukan untuk mencegah tidak terjadinya kembali bentrokan atau tindakan anarkis lainnya," tambahnya.
Terpisah, Humas PT Rimba Lazuardi, Abdul Hadi, mengatakan, dalam rusuh itu, ada tiga petugas security yang kritis karena luka yang mereka alami cukup banyak. “Yang kritis tiga. Sementara puluhan karyawan dan security lainnya mengalami luka-luka, baik parah maupun ringan,” paparnya.
Ketika ditanya mengenai pemicu penyerangan warga, Abdul Hadi mengaku belum mengetahui secara persis. Hanya saja, menurut informasi, selama ini memang ada klaim warga mengenai lahan mereka yang diserobot perusahaan.
Sebagaimana diketahuj, bentrok ini terjadi pada Rabu, (16/3/16) sekitar pukul 14.35 WIB. Rusuh itu berawal dari penolakan warga yang menganggap perusahaan telah menyerobot lahan mereka. Persoalan ini semakin meruncing ketika warga tidak pernah tahu berapa luasan lahan PT Rimba Lazuardi. Hal ini disampaikan Kades Pesajian, Husni Thamrin saat dikonfirmasi wartawan.
"Selama ini kami tidak pernah mengetahui berapa luas lahan perusahaan, apalagi pihak perusahaan tidak pernah memberitahukan kepada warga desa dan tidak pernah ada kesepakatan masuknya perusahaan ke lokasi tersebut," ujarnya.
Diungkapkannya, pola-pola kemitraan dengan warga juga tidak pernah dilakukan oleh pihak perusahaan. Warga juga sempat berniat membicarakan hal ini dengan perusahaan, namun pihak perusahaaan tidak memberikan respon.
"Semenjak 2001 awal saya memimpin sebagai kades hingga saat ini, pihak perusahaan tidak pernah membicarakan kemitraan dengan kita apapun bentuknya," ungkapnya.
Ditambahkanya, sekitar 2007 perusahaan juga sempat berhenti beroperasi, namun sejumlah asetnya masih berada di lokasi tersebut. Hingga akhirnya muncul sekelompok orang yang bercocok tanam di lahan tersebut. ***
(eka)