Mantan Ajudan Kremlin Tewas di AS
WASHINGTON (riaumandiri.co)-Mantan ajudan Kremlin yang kontroversial, Mikhail Lesin, ditemukan tewas di sebuah kamar hotel di Washington, Amerika Serikat, tahun lalu. Hasil penyelidikan menyebut Lesin tewas trauma benda tumpul di kepala.
Lesin yang pernah menjabat sebagai Menteri Pers Rusia pada tahun 1999-2004 ketika Vladimir Putin berkuasa ini, disebut kontroversial karena dianggap membatasi kebebasan pers di Rusia saat itu. Sempat menjabat ajudan Kremlin dan kemudian memimpin Gazprom-Media Holding, bagian media perusahaan energi Rusia Gazprom, tahun 2013.
Setahun kemudian dia mengundurkan diri dengan alasan keluarga.
Seperti dilansir AFP, Jumat (11/3), Lesin ditemukan tak bernyawa di salah satu hotel di Washington, AS pada November tahun lalu, pada usia 57 tahun. Pada tubuhnya ditemukan bekas luka di leher, dada, serta di sejumlah bagian tubuh atas dan bawah.
Kantor pemeriksa medis Washington, seperti dilaporkan The Washington Post, merilis hasil penyelidikannya pekan ini. Dalam laporan itu disebutkan bahwa Lesin tewas akibat luka trauma benda tumpul di bagian kepalanya.
Laporan itu jelas bertentangan dengan laporan media nasional Rusia, yang mengutip keluarga Lesin, yang menyebut Lesin tewas karena serangan jantung.
Dikutip The Washington Post, juru bicara kepolisian Washington, Dustin Sternbeck, menyatakan penyelidikan atas kasus kematian Lesin masih berlangsung. Namun Sternbeck menolak menjawab pertanyaan apakah laporan itu mengindikasikan adanya tindak kriminal dalam kasus ini.
Secara terpisah, juru bicara Presiden Putin, Dmitry Peskov menyatakan Rusia mengharapkan AS memberikan informasi resmi secara rinci soal kematian Lesin itu. "Kami tidak menerima informasi detail melalui jalur resmi untuk menangani situasi ini," ucapnya kepada wartawan.
Tahun 2014 lalu, senator Republik Roger Wicker dari Mississippi menyerukan dilakukannya penyelidikan pidana untuk Lesin atas dugaan pencucian uang dan korupsi. Lesin dicurigai mengumpulkan jutaan dolar berupa aset di Eropa dan AS saat masih bekerja untuk pemerintah Rusia.(dtc/ara)