Islam, Antara Tujuan dan Hukum

Islam, Antara Tujuan dan Hukum

Diawali dengan pengertian agama, yaitu ajaran tentang cara hidup manusia yang dipercayai  bersumber dari yang maha kuasa untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Fungsi agama menuntun, menunjuki manusia kepada kebenaran sejati.
 
Fungsinya juga penuntun kebahagiaan haqiqi dan mengatur kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Sedangkan agama Islam yaitu ajaran yang dibawa Nabi Muhammad yang diturunkan Allah dalam Alquran dan tersesbut dalam sunnah sohih, berupa perintah, larangan, petunjuk,  untuk kebaikan hambanya didunia dan diakhirat. Inti ajaran islam adalah tauhid dan akhlaq  mulia.  

Tujuan ajaran Islam, yaitu agar umat manusia dalam kesehariannya berlangsung aman, damai, sejahtera, namun dibingkai dengan tauhid dan akhlak mulia. Sehingga selamat  dunia akhirat (baldhotun thoyyibatun warobbun ghofur). Untuk mencapai tujuan Islam ada  rukun dan syariat  Islam yang harus diamalkan dengan baik dan benar. Rukun Islam merupakan syarat mutlak sahnya sebagai umat Islam yaitu melaksanakan syahadat, salat, puasa, zakat dan haji.

Sedangkan rukun iman sebagai syarat mutlak keyakinan  terhadap Allah, rasul, kitab, malaikat, hari akhir, qada dan qadar. Jadi jelas antara rukun dan tujuan Islam tidaklah sama.

Sekali lagi tujuan islam secara umum adalah bahagia di dunia dan bahagia di akhirat, dimana akhlak mulia memegang peranan penting. Berakhlak kepada Allah, kepada Rasul, kepada diri sendiri, kepada keluarga, masyarakat luas dan lingkungan.

Kecenderungan Berdasarkan pengamatan, ada kecenderungan sebagian besar umat Islam berpendapat, bahwa rukun Islam itulah yang merupakan tujuan agama Islam. Padahal hubungannya adalah, apabila rukun Islam dan rukun iman diamalkan dengan baik dan benar diyakini tujuan Isla  mudah dicapai. Dengan kecenderungan demikian terlihatlah orang rajin salat,  rajin puasa, rajin haji dan umrah tanpa menghiraukan hubungan dan interaksi sesama manusia. Menurut mereka yang penting salat, puasa, haji, sedangkan interaksi sesam manusia melalui akhlak mulia diabaikan. Jangan heran orang rajin salat, rajin puasa, sering haji dan umrah tapi perilaku, moral dan integritasnya bernilai merah.

Barangkali mereka lupa bahwa nabi Muhammad diutus Allah tugas utamanya adalah memperbaiki akhlak umat  manusia. Diperkuat lagi oleh hadis sahih, “orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah orang yang paling baik akhlaknya” (R. Ahmad dari Abu Hurairah). Dipertegas  lagi oleh hadist Bukhari, “ Sungguh yang paling baik diantara kamu ialah yang paling baik akhlaknya”.

Kecenderungan selanjutnya, adalah materi dakwah yang disampaikan  oleh para mubalig cenderung bagaimana sukses di akhirat kelak, sedangkan sukses di dunia seolah terabaikan. Maka jangan heran pula yang sukses didunia diambil alih non muslim. Yang disiplin, bersungguh-sungguh, profesional, kebersihan, kerja keras, saling  menghargai, menerima perbedaan, keberagaman, jarang disebut. Ajaran kita yang  punya, tapi diamalkan oleh orang lain.

Pertanyaannya, kenapa terjadi kecenderungan tersebut. Jawaban umumnya adalah, terjebak oleh gagal pemahaman agama sehingga  terjadi kerancuan antara tujuan dan rukun. Apabila tujuan tidak jelas diyakini perjalanan akan terganggu. Akibat gagal terhadap pemahaman agama maka akan terlihat pula kecenderungan, seperti tidak sealiran tidak tegur sapa, tidak sejamaah tidak akrab. Senang  merendahkan orang lain seperti dialah yang alim, dia yang berhak masuk surga, orang lain kafir. Seperti inilah kecenderungan kita beragama Islam yang harus menjadi renungan kita.

Oleh sebab itu, mari kita belajar terus dengan banyak membaca, diskusi saling memberi masukan tanpa menyalahkan pendapat orang lain dan mengklaim kita yang benar. Jangan digiring umat kepada salah dan benar, giringlah kepada setuju atau tidak setuju, sependapat atau tidak. Karena yang paling tahu tentang isi Alquran itu hanyalah Allah (mutlak), sedangkan kita manusia  hanya menuju dan mencari kebenaran itu (relatif). Yang paling tahu isi sebuah buku adalah penulis, sedangkan si pembaca hanyalah menafsirkan dan menyimpulkan.

Orang yang tidak mau menambah ilmu, menambah wawasan, kagum dengan dirinya, masalalu adalah miliknya. Sedangkan orang yang ingin terus menambah ilmu dan menambah wawasan, kekinian dan keakanan adalah miliknya.

Kita akhiri dengan mengutip ayat alquran Faathir 28: "Yang beriman dengan baik kepada Allah hanyal orang-orang berilmu." Mudah-mudahan kita tidak tergolong atau terperangkap orang-orang yang gagal pemahaman agama, sehingga tidak rancu lagi antara tujuan dan rukun. ***
Pengamat sosial keagamaan, mubalig IKMI Riau