Normalisasi Sungai jadi Jawaban
KEDABURAPAT (riaumandiri.co)- Intrusi air laut yang tinggi dialami umumnya desa-desa yang ada di Pulau Rangsang manjadi faktor penyebab layunya berbagai tanaman pertanian dan perkebunan masyarakat.
Seperti yang dialami oleh masyarakat Desa Kedaburapat selama ini, dimana perkebunan Kopi yang ada sebagaian layu dan mati secara perlahan. Bahkan tidak hanya tanaman kopi yang mengalami kematian, tapi juga tanaman tua lainnya. Seperti kelapa, pinang maupun tanaman lainnya.
Untuk mengurani ancaman kematian tanaman tersebut, menurut Kepala Desa Kedaburapat Sutrino mengakui kalau normalisasi sungai menjadi salah satu solusinya.
Sutrisno, kepada Haluan Riau mengungkapkan, sejak desa itu melakukan normalisasi sungai di tiga sungai yang ada 2015 lalu, ternyata banyak mengurangi tingkat rendaman air laut terhadap tanaman.
Kalau sebelumnya banyak kebun kopi yang mati akibat tidak tahan terhadap rendaman air laut, sejak dilakukan normalisasi di 3 sungai yakni Sungai Parit Besar, Parit Amat dan Parit Gantung, hasilnya cukup bermanfaat.
"Pada hal panjang sungai yang dinormalisasi itu baru berkisar masing-masing 1 Km. Namun hasilnya sudah mampu mengurangi tingkat rendaman air di berbagai lahan perkebunan itu,”aku Trisno.
Menurutnya, biaya normalisasi ke tiga sungai yang dikerjakan tahun 2015 itu, diambil dari dana Alokasi Dana Desa (ADD) 2015.
Diharapkan untuk kegiatan normalisasi sungai lainnya yang masih tersisa yakni 2 alur sungai lagi yakni Sungai Parit Kasan dan Sungai Parit Senang dengan panjang berkisar 6 Km itu, dapat dianggarkan melalui APBD tahun 2017 mendatang.
Ditambahkannya, kegiatan normalisasi sungai menjadi sebuah kebutuhan primer, sejalan dengan pentingnya membangun pintu klep air atau tanggul untuk membendung intrusi air laut.
Terbukti dengan normalisasi yang dilakukan terhadap 3 sungai yang walaupun hanya sepanjang masing-masing 1 Km, tapi manfaatnya sudah bisa dirasakan masyarakat,”aku dia lagi.(jos)