JK Minta Simulasi Bencana Digiatkan
PADANG (riaumandiri.co)-Wakil Presiden Jusuf Kalla mengapresiasi respon cepat yang ditunjukkan masyarakat Sumatera, dalam mengantisipasi terjadinya tsunami karena gempa yang menghantam Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Rabu (2/3) malam. Tindakan masyarakat tersebut merupakan kultur yang baik untuk ditingkatkan.
Dari pantauan Haluan sepanjang Rabu malam itu, memang sempat terlihat kepanikan warga di sejumlah titik jalan utama. Mereka mencari daerah lebih tinggi merespon informasi dari BMKG dan media. Sedangkan sebagian lain, memilih mencari selter terdekat, seperti Gubernuran, SMA 1 Padang, Parupuk Tabing dan Wisma Indah, Tabing, Selter Air Tawar Timur dan lainnya.
Namun sepanjang Kamis (3/3), kondisi benar-benar pulih. Tak ada instruksi meliburkan sekolah ataupun aktivitas perkantoran. Semua aktivitas kembali berjalan normal.
"Di seluruh Indonesia, kalau ada gempa tidak perlu ada peringatan tsunami. Orang otomatis lari ke dataran tinggi. Itu kultur yang baik. Karena kita tidak punya peralatan yang canggih
JK Minta
yang akan memberitahukan tsunami atau tidak. Kalau pun ada, rusak lagi," kata JK.
Kendati demikian, Sumando rang Tanahdatar ini tetap mengimbau perlunya sosialisasi mitigasi bencana. Dia mengimbau pemerintah daerah setempat untuk terus melakukan sosialisasi dan pelatihan untuk masyarakat guna mengantisipasi bencana.
"Di Padang, Bengkulu, dan sebagainya. Jadi bikin latihan dan shelter-shelter di atas," ujarnya.
Ditambahkannya, di Simeulue, Aceh, beberapa waktu lalu, sebagian besar warganya selamat karena respon cepat tersebut. "Ya tidak apa-apa (lari ke dataran tinggi). Walaupun saya dapat laporan orang lari itu tidak seperti ada skenarionya. Pokoknya mereka lari saja," tambahnya.
Lebih lanjut, Wapres mengaku bersyukur tidak terjadi hal yang buruk akibat gempa itu. Apalagi, hingga saat ini dia mengaku belum mendapatkan laporan korban jiwa karena kejadian itu.
Sementara itu, anggota DPRD Sumbar anggota DPRD Sumbar, Hidayat menilai, protap (prosedur tetap) berkaitan sistem informasi dan koordinasi penanganan bencana harus dievaluasi.
'
Saat ada bencana, kata politisi Gerindra ini, informasi satu arah yang bisa dijadikan acuan harus diberikan pada masyarakat. Dengan demikian masyarakat juga tidak bingung akan melakukan apa. Tak kalah pentingnya pihak terkait seperti provider jaringan harus digandeng agar bisa turut serta membantu menyampaikan informasi tentang perkembangan situasi yang ada.
Anggota DPRD Sumbar lainnya, M Nurnas, berpendapat,kepanikan masyarakat dan simpang siurnya informasi saat adanya gempa menandakan kalau Sumbar hanya terlihat siap saat simulasi saja. Sementara ketika kejadiannya datang, masyarakat cenderung tak mampu mengatasi kepanikan mereka. Begitu juga dengan pihak yang berwenang, kordinasi antar yang satu dengan yang lain terlihat belum berjalan baik.
Salah satu contoh, 30 menit setelah gempa, mestinya harus ada informasi lanjutan yang disampaikan ke masyarakat. Namun yang terjadi pada Rabu malam kemarin, informasi berikutnya baru disampaikan satu jam usai gempa.
"Banyaknya masyarakat yang menyelamatkan diri menuju satu arah juga menunjukkan sebagian masyarakat tak mengetahui informasi tentang keberadaan shelter yang kita miliki," ujar Nurnas seraya menyebut ia tak bermaksud menyalahkan pihak mana pun.
Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Willem Rampangilei dalam rapat koordinasi penanganan gempa Mentawai di Gubernuran Sumbar Kamis, (3/3) sore berjanji akan mencarikan jalan keluar terkait sistem informasi bencana gempa dan tsunami.
Willem juga menanggapi tentang adanya Kabupaten/Kota yang tidak menghidupkan EWS ketika gempa terjadi, seperti Kota Padang yang tidak semua EWS nya difungsikan. Menurutnya, itu semua diserahkan kepada kebijakan lokal daerah masing-masing.
"Bisa saja alat yang canggih sudah dipasang, tapi ketika bencana terjadi dan dihidupkan malah warga tidak peduli, dikira bunyi ambulans juga. Seperti di daerah Yogyakarta masyarakat akan lebih mudah menerima informasi tanda bahaya dari kentongan daripada dari alat yang canggih," ungkapnya.
Sebelumnya, Willem Rampangilei mengunjungi Selter sekitar pangkalan TNI AU Tabing di Parupuk Tabing. Willem didampingi Danlanud Kolonel PNB I Putu Gede Suastika, Kepala pelaksana BPBD Provinsi Sumatera Barat, Zulfiatno.
Menurut Danlanud, pihaknya membuka jalur evakuasi bagi masyarakat untuk menuju daratan yang lebih jauh dari pantai. Jalur tersebut melalui gerbang Lanud, terus lurus ke belakang, menuju Dadok Tunggul Hitam sebagai jalur alternatif menuju Jalur ByPass.
Tinjau Mentawai
Tim gabungan dari Korem 032/Wirabraja, BPBD Sumbar dan Basarnas Kamis pagi kemarin telah bertolak ke Mentawai. Tim berangkat dari Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus menggunakan kapal cepat KM Yudistira milik Basarnas Padang.
Titik pemantauan difokuskan di Pulau Siberut, karena dianggap paling dekat dengan pusat gempa. Danrem 032/Wirabraja Brigjen TNI Agus Bakti Fadjari yang langsung memimpin tim gabungan tersebut mengatakan, personil TNI siap turun ke lapangan apabila terjadi bencana besar hingga keadaan pulih kembali. Maka dari itu, hari ini (kemarin,red) pihaknya langsung terjun ke Mentawai.
“Dari laporan saya terima, saat terjadinya gempa bahwa masyarakat di Mentawai tidak begitu merasakannya, hanya goncangan kecil dan waktunya pun hanya lebih kurang satu menit. Namun, setelah keluar pemberitaan di televisi, baru masyarakat di Mentawai langsung panik dan mengungsi ke tempat ketinggian,” jelasnya didampingi Kapenrem 032/Wirabraja Mayor Inf Deswanto.
6 Kali Gempa
Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Dr Darsono dalam rilisnya mengatakan sejak Kamis (3/3) dini hari pukul 03.00 WIB tercatat ada 6 aktivitas gempa bumi susulan dengan kekuatan yang terus mengecil.
gempa susulan tersebut diyakini potensi gempa bumi dengan kekuatan yang relatif kecil. Untuk itu masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan tidak terpancing isu.
Bahkan pada Kamis pagi sekitar pukul 07.10 WIB, gempa susulan kembali mengguncang di Kepulauan Mentawai dengan kekuatan 5,8 SR. Gempa susulan itu berpusat di 4,58 Lintang Selatan (LS) dan 94,56 Bujur Timur (BT) serta berjarak 598 km arah barat daya Kepulauan Mentawai Sumbar di kedalaman 10 km. (h/len/rvo/isr/mg-ysn/nas)