Minyak Dunia Kembali Anjlok
NEW YORK (riaumandiri.co)-Harga minyak dunia berbalik lebih rendah di akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena harapan untuk perbaikan dalam kelebihan pasokan global yang dapat mendukung harga memudar.
Harga melonjak pada Kamis setelah Venezuela mengangkat harapan bahwa ia bersama dengan produsen utama lainnya akan bertemu pada Maret untuk mencoba mencari cara menstabilkan pasar, lapor AFP.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April turun 29 sen menjadi berakhir di USD32,78 per barel di New York Mercantile Exchange.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April, patokan Eropa untuk minyak, menetap di USD35,10 per barel, turun 19 sen dari penutupan Kamis.
Harga minyak naik tajam pada perdagangan pagi setelah data pertumbuhan ekonomi AS untuk kuartal keempat direvisi naik ke tingkat tahunan 1,0 persen, jauh lebih baik dari yang diperkirakan. Tapi kenaikan itu berumur pendek.
Kyle Cooper dari IAF Advisors mengatakan bahwa pasar telah pergi terlalu jauh dengan keuntungan
Minyak.
hampir 12 persen dalam kontrak WTI April dari Jumat lalu hingga Kamis.
Katalis besar komentar Menteri Perminyakan Venezuela Eulogio Del Pino pada Kamis menunjukkan hasil pembicaraan dengan produsen utama akan berlangsung bulan depan.
Venezuela, bersama dengan anggota OPEC Arab Saudi dan Qatar dan non-OPEC Rusia, mengumumkan pekan lalu kesepakatan awal untuk membekukan produksi pada tingkat Januari, asalkan produsen besar lainnya mengikuti.
Arab Saudi, produsen minyak terbesar OPEC, telah mengesampingkan pemotongan produksi dan Iran telah menolak gagasan ia bisa bergabung dengan pembekuan.
"Sensasi di balik berita utama tentang pembekuan produksi minyak tidak muncul sangat faktual," kata Cooper.
Di Amerika Serikat jumlah rig minyak yang aktif turun 13 selama minggu ini menjadi 400 rig, turun 75 persen dari tertinggi 2014, penyedia jasa minyak Baker Hughes mengatakan pada Jumat.
"Kegiatan pengeboran di AS saat ini di titik terendah sejak Desember 2009. Oleh karena itu jelas bahwa produksi minyak AS akan terus menurun." kata Commerzbank. (okz/dar)