Jalan Parit 3, Akses Barang Masuk dari Laut
Jalan Tandan Mas, dulu dikenal dengan Jalan Parit 3, dibuka tahun 1951. Jalan ini merupakan akses utama masyarakat dari wilayah Lubuk Gaung, Sepotong, Sungai Siput bahkan Sungai Pakning menuju Pasar Rempak. Semenjak Jalan Parit 3 ada, Pasar Rempak menjadi ramai bahkan mengalahkan pasar Kecamatan Sungai Apit.
Perkembangan zaman dan pertumbuhan mendesak pemekaran wilayah, kini ruas jalan Parit 3 membentang keempat desa, yakni Rempak, Selat Guntung, Laksamana dan Sepotong. Sepanjang jalan yang membentang di empat desa tersebut, kini tinggal Jalan Tandan mas Mang masih hancur. Setiap bulan masyarakat membenahi jalan, sementara di desa tetangga sudah semenisasi sejak beberapa tahun lalu.
"Kalau dilihat dari sejarah, jalan ini dibuka tahun 1951, masyarakat gotong-royong menggunakan cangkul buat parit untuk meninggikan jalan. Sekarang yang buka jalan sudah meninggal semua, yang tinggal kami-kami ini anak cucunya," kata Supriyanto (55) warga Jalan Tandan Mas desa Laksamana.
Pertama dibuka, lanjut Supriyanto, wilayah masih masuk ke desa Sepotong. "Dulu masjidnya satu, di Parit 2 Sepotong. Itu masjid pertama, lewat jalan ini masyarakat ke masjid. Jalan ini membuat pasar Rempak jadi ramai. Setelah Caltex buka jalan, baru ada simpang lima sepotong yang dikenal sekarang. Jalan ini mulai sepi, karena jalan yang di buat Caltex lebih bagus," ujarnya.
"Jaman dulu nelayan mengeluarkan ikan lewat jalan ini, ikan tapah sepanjang 4 meter ditarik pakai Sepda kargo. Kepala ikan di depan, perut sama buntutnya terseret di tanah, kalau kita mau beli ikan, tunggu saja di rumah pasti terdengar nelayan lewat," terang Supriyanto menjelaskan masa tahun 1960-an saat Jalan Parit 3 masih jadi jalur utama.
Senada disampaikan Amir (55), anak dari orang yang berjasa membuka kampung ini menceritakan bagaimana pentingnya Jalan Parit 3 waktu ia masih kecil. "Dulu akses barang masuk masih dari laut, jalan ini dibuka membuat desa kita ramai, soalnya orang dari mana-mana lewat sini. Kita kalau mau ke Sungai Pakning juga lewat sini. Menyisiri jalan ini sampai ke Kuto Rejo, ke sananya sampai sungai Siput masih jalan setapak, kita lewat dibawah rumpun batang bambu," ujar Amir.
Ia sangat menyayangkan, jalan yang dibangun sejak tahun 1950 an ini kondisinya masih memprihatinkan. Banyak bekas timbusan, bahkan jika musim penghujan kendaraan susah melintas.
"Kalau kita perhatikan, tembus sepotong sudah semenisasi lebar, tembus ke Selat Guntung juga sudah semeniasasi, jalan kita masih seperti ini," ujar Supriyanto.
Sembari menunggu perhatian pemerintah, lanjut Supriyanto, hampir satu bulan sekali masyarakat membenahi jalan Tandan Mas. "Ini peninggalan orang tua kita dulu, dulu mereka buka jalan berbulan-bulan menggali parit, sekarang kita tinggal merawat. Kalau belum dibangun pemerintah, kita usahakan gotong-royong," ujarnya.
Sykur warga setempat menjelaskan, awal pemekaran desa Laksamana ruas jalan tersebut telah disiram base, kini sudah belasan tahun sehingga base menipis. Maka tidak heran kalau jalan berlubang dan berlumpur saat musim penghujan. "Kalau kita lihat daerah lain, wajar kalau kita iri, desa kita lebih dahulu dibuka jalannya masih seperti ini. Sementara daerah lain jalannya sudah bagus, semenisasi atau hotmix, kita masih base campur lumpur," kata Syukur.
"Jalan ini menghubungkan antar desa, pastinya Desa Sepotong dan Selat Guntung, anak-anak sekolah TK tiap hari lewat sini," ujarnya.
Kabid Bina Marga, Ardi Irvandi saat dikonfirmasi beberapa waktu lalu mengatakan, saat ini pemerintah Kabupaten Siak terutama dinas Bina Marga dan Pengairan masih fikus pada pembangunan Jalan Poros Desa. Terkait usulan pembangunan jalan Tandan Mas akan ditampung. "Saya belum bisa janji, kita tampung dahulu," ujarnya.***