Siklus DBD tak Bisa Diprediksi
SIAK (riaumandiri.co)-Siklus Demam Berdarah Dengue (DBD) tidak bisa diprediksi. Dari hasil reset sebelumnya dinyatakan DBD akan membludak 5 tahun satu kali. Namun kini hampir setiap tahun terjadi dan pada waktu yang tidak menentu.
Demikian disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Siak melalui Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular Marzuki,
Jumat (19/2) di ruang kerjanya. Ia menjelaskan, tahun 2013 lalu, DBD meningkat drastis, tahun 2014 sempat turun. "Awal 2015 tidak ada kasus, namun pertengahan tahun DBD kembali muncul. Awal tahun 2016 ini kembali menyerang warga. Ini menandakan Siklus DBD tidak bisa diprediksi," kata Marzuki.
Melihat kondisi yang sulit diprediksi itu, lanjut Marzuki, pihaknya belum bisa merencanakan program apa yang menjadi terobosan untuk meminimalisir DBD.
"Prosedur pencegahan dan penanggulangan DBD itu sudah jelas, kita tinggal melaksanakan saja. Jadi sampai saat ini belum ada terobosan baru. Kalau pun kita perogramkan foging masal, kita belum tau bagaimana kondisi tahun depan," ujar Marzuki.
173 Kasus
Hingga minggu ke-7 tahun ini, tercatat 173 penderita DBD di seluruh wilayah Kabupaten Siak, 1 diantaranya meninggal dunia.
"Kasus DBD sampai minggu ke-7 ini di kecamatan Siak 21 pasien, Sungai Apit 20 kasus, Dayun 24 kasus, Sabak Auh 25 kasus, dari Puskesmas Tualang 11 kasus, Puskesmas Perawang 19 Kasus, kecamatan Minas 11 kasus dan satu kasus meninggal dunia," terang Marzuki.
Lebih jauh Marzuki menjelaskan kasus DBD mulai meningkat pada Mingu ke dua dan Minggu ke 4, dan saat ini sudah mulai berkurang, hal itu terpantau dari laporan puskesmas yang diperoleh stiap hari. (lam)