SMA Olahraga Mau Dibawa ke Mana?
Sebagaimana kita ketahui dalam membina olahraga untuk prestasi tentunya bukanlah suatu hal yang mudah. Perlu waktu lama dan biaya yang besar. Waktu yang lama dan biaya besar belum tentu bisa mencapai tujuan sebab butuh metode dan sistim yang benar.
SMA Olahraga yang memiliki visi dan misi untuk menciptakan atlet nasional dan merupakan mesin produksi atlet nasional adalah sangat muluk-muluk. Dilihat dari rentang waktu pembinaan yang dilakukan yaitu selama tiga tahun mustahil rasanya bisa mencapai prestasi puncak seseorang.
Usia emas seorang atlet di Indonesia adalah berkisar 23-27 tahun. Artinya, prestasi puncak seseorang bisa diraih sewaktu mereka menempuh jenjang pendidikan tingkat mahasiswa. Dengan demikian dibutuhkan kesinambungan pembinaan prestasi atlet setelah tamat SMA menuju jenjang perguruan tinggi.
Di Riau sendiri, jenjang pendidikan khusus ini tidak jelas. Tamat dari SMA Olahraga, siswanya sudah tidak lagi bisa dipantau sebab sudah tersebar kemana-mana. Kita bisa mencontoh di Sumbar, dimana siswa-siswa berprestasi tersebut bisa melanjutkan perkuliahan di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang. Dengan demikian, siswa-siswa berprestasi di bidang olahraga itu bisa terpantau dengan mudah.
Sekarang nasi sudah jadi bubur. Tidak adanya anggaran pembinaan olahraga di SMA Olahraga membuat sejak Januari ini pembinaan olahraga di SMA Olahraga terhenti. SMA yang berada di bawah naungan Dinas Pendidikan Riau ini tidak lagi mampu meneruskan cita-cita awal pendirian SMA Olahraga ini.
Ada dua alternatif yang bisa saya tawarkan untuk kelanjutan SMA Olahraga ini. Pertama, kembalikan cita-cita awal pendirian SMA Olahraga ini yaitu melahirkan atlet nasional yaitu dengan merestrukturisasi SMA Olahraga. Pembinaan olahraga bukan hanya dimulai dari tingkat SMA namun dimulai dari SMP dan kalau bisa juga menjamin pendidikan siswa usai menamatkan SMA.
Soal anggaran, sebenarnya tergantung dari kemauan dari eksekutif dan legislatif di Riau ini sebab selama ini anggaran pembinaan olah-raga bisa disalurkan ke SMA Olahraga.
Alternatif kedua yaitu mengembalikan SMA Olahraga ke khitahnya yaitu sebagai sarana pendidikan saja. Untuk persoalan pembinaan olahraga diserahkan kepada Dinas Pemuda dan Olahraga. Untuk siswanya adalah atlet-atlet yang dibina di Dinas Pemuda dan Olahraga yaitu atlet PPLP dan PPOD serta lainnya.
Seperti di Sumbar, atlet PPLP mereka dikumpulkan dalam satu sekolah yaitu SMA 5 Padang. Antara sekolah dengan PPLP memiliki satu visi yaitu mengutamakan prestasi olahraga. Artinya, proses belajar dan mengajar di sekolah tidak menghambat seorang siswa untuk berprestasi. Dispensasi-dispensasi khusus diberikan kepada siswa yang bertanding membela nama daerah dan nasional.
Kemudian bagaimana dengan siswa yang sudah ada di SMA Olahraga sekarang ini. Seperti diketahui ada enam cabor yang dibina di SMA Olahraga ini yaitu dayung, sepakbola, voli, basket, tenis meja dan bulutangkis. Untuk enam cabor ini, tidak ada salahnya dibina oleh Dispora Riau. Untuk voli, basket, tenis meja dan bulutangkis memang belum dibina oleh Dispora sehingga tidak ada salahnya diambil alih.(*Penulis adalah pengamat olahraga )