Banjir Terus Berpindah ke Hilir
PEKANBARU (riaumandiri.co)-Banjir masih mendera Riau. Sejumlah wilayah yang dilintasi dua sungai besar, yakni Kuantan atau Indragiri dan Kampar, masih terendam air. Titik genangan air pun terus berpindah menuju kawasan hilir dua sungai tersebut.
Hingga Jumat (12/2), banjir belum surut di Kabupaten Indragiri Hulu dan Pelalawan. Bahkan jumlah kawasan yang terendam terus bertambah. Dua kabupaten ini memang berada di kawasan hilir Sungai Kuantan dan Kampar.
Sementara, banjir yang mendera kawasan hulu sungai seperti Kabupaten Kampar, Rokan Hulu dan Kuantan Singingi, secara umum kondisinya sudah berkurang dibanding hari-hari sebelumnya.
Banjir
Namun secara umum, kondisinya sudah berkurang dibanding hari-hari sebelumnya.
Dari Indragiri Hulu, banjir yang timbul akibatnya meluapnya Sungai Kuantan atau Indragiri, saat ini telah berpindah ke Kecamatan Rakit Kulim dan Kelayang. Di Kelayang, aktivitas perekonomian warga bahkan sudah mulai lumpuh. Sementara banjir yang menerpa dua kecamatan sehari sebelumnya, yakni Kecamatan Peranap dan Batang Peranap, saat ini sudah mulai menyusut.
Kondisi itu dibenaran Kepala Desa Sengkilo, Kecamatan Kelayang, Jon Hefni. "Hari ini lebih parah dari hari sebelumnya, empat titik jalan utama desa sudah sulit untuk dilalui dengan ketinggian air sampai pinggang orang dewasa," ungkapnya, Jumat kemarin.
Hal senada juga dilontarkan Camat Kelayang, Umar SSos."Beberapa desa yang sebelumnya masih belum terendam, hari ini (Jumat, red) sudah mulai tergenang, ucapnya.
Desa tersebut di antaranya Sengkilo, Koto Medan, Pasir Beringin, Kuantan Tenang, Dusun Tua dan Dusun Tua Pelang.
Dikatakannya, Dusun Tua dan Dusun Tua Pelang merupakan pusat perekonomian masyarakat untuk kecamatan Kelayang. Karena di dusun itu terdapat sawah, kebun dan ladang yang terluas di Kelayang. Saat ini seluruh lahan pertanian di tiga desa tersebut sudah terendam sehingga bisa dikatakan perekonomian Kelayang saat ini lumpuh.
"Permasalahan ini sudah kami laporkan ke pihak Kabupaten, baik ke Kantor Penanggulangan Bencana Daerah (KPBD) maupun ke dinas sosial," tambahnya.
Masih Tergenang
Dari Pelalawan, banjir di bantaran Sungai Kampar juga masih berlanjut. Sejumlah desa dan pemukiman masyarakat di pinggiran sungai, masih terendam dengan ketinggian hingga sepinggang orang dewasa.
Hingga Jumat kemarin, kondisi itu masih terjadi di kecamatan yakni Kecamatan Pelalawan dan Teluk Meranti.
"Air memang surut sedkit karena seharian ini tak ada hujan. Namun, entahlah malam ini (Jumat malam 12/2), bila hujan tercurah maka debit air sungai akan kembali naik dan air pasti tinggi lagi di kampung," ungkap Syamsuar, warga Teluk Meranti.
Kendati air telah alami surut, namun warga setempat masih tetap waspada dini. Takut bila tengah malam debit air sungai melimpah dan tak terkendali. Namun, masyarakat yang bermukim di bantaran sungai ini sudah terbiasa menghadapi banjir musiman ini.
"Hanya ternak yang sudah menjadi korbannya, juga tanaman dan kebun warga saat ini masih direndam air. Kami disini tetap meningkatkan kewaspadaan, terutama kaum laki-laki di desa ini," ungkap Syamsuar.
Tangani Penyakit
Sementara itu dari Kuantan Singingi, Dinas Kesehatan setempat telah menangani sejumlah penyakit yang muncul akibat banjir. Ada 190 kasus penyakit kulit serta 53 kasus diare yang sejauh ini telah ditangani.
Kadiskes Kuansing melalui Kepala Bidang PMK, Detri Elvira, menuturkan, data itu sesuai laporan yang diterima pihaknya sejak banjir melanda Kuansing, Senin awal pekan lalu. Selama banjir, ada 11 posko kesehatan yag telah didirikan pihaknya di 11 kecamatan.
Selama banjir katanya, hanya dua penyakit ini yang banyak diderita masyarakat. "Namun petugas kita lapangan tetap melayani apa saja keluhan masyarakat yang datang berobat," ujarnya.
Ditambahkannya, banjir juga membuat pelayanan kesehatan masyarakat jadi terganggu. Pasalnya, banjir ikut membuat 23 Puskembas Pembantu dan 14 puskesmas ikut terendam. Hingga saat ini, pihaknya masih mengandalan posko-posko tersebut untuk melayani masyarakat korban banjir.
Masih Terisolir
Sementara itu, banjir juga masih merendam sejumlah kecamatan di Kampar dan Rokan Hulu. Daru pantauan di kawasan Danau Bingkuang, masyarakat di kawasan itu masih menetap di tenda-tenda pengungsian, meski sebagian sudah ada yang kembali ke rumahnya.
Di tempat itu, aktivitas masak-memasak dilakukan secara bersama-sama. Selain dikonsumsi bersama-sama, masyarakat juga membagikan nasi bungkus kepada warga di daerah yang masih terkepung banjir.
"Memang begitulah kondisinya Pak. Saat ini memang ada yang sudah mulai surut banjirnya. Tapi ada juga yang masih tinggi. Jadi warga di sana tidak bisa ke mana-mana. Nasi yang sudah dimasak di sini kita bungkus, kemudian dibagikan kepada warga yang masih terkepung banjir," ujar salah seorang warga di dapur umum.
Sedangkan terkait kondisi di Rohul, Danramil 10 Kunto Darussalam Kapten (Inf) Yuliandri yang ditemui di Bangkinang, menuturkan bahwa sebanyak 350 kepala keluarga di Kuntodarussalam, masih terisolasi akibat ambruknya tiga jembatan penghubung karena dihantam banjir.
Tiga jembatan itu adalah Jembatan Sungai Pisang Sikolek di Kota Lama sepanjang 15 meter, Jembatan Sungai Lubuk Godang 200 meter dan Jembatan Sungai Bukit Juragan dengan panjang 20 meter. Hingga kini ketiga jembatan masih terputus.
"Akibatnya sekitar 350 KK di daerah tersebut masih terisolir, anak sekolah tidak bisa lewat begitu juga masyarakat sekitar. Harapan masyarakat, pemerintah segera membangun kembali jembatan itu," ujarnya. (eka, zol, rob, mg2)