Bupati Prihatin dengan Nasib Petani Karet
TELUK KUANTAN (HR)-Kondisi harga jual karet saat ini tidak menentu, ditambah cuaca tidak mendukung membuat petani kian terjepit.
Situasi ini mendapat perhatian dari Bupati Sukarmis. "Saya sangat prihatin, harga karet yang murah dan tidak menentu. Ada yang Rp5.000, Rp6.000, tak ada yang stabil," ujar bupati beberapa hari lalu. Ia menyatakan, hingga saat ini pemerintah belum bisa memberikan solusi.
Meski demikian, berharap masyarakat tidak lagi menggantungkan hidup dari sektor perkebunan. Karena, sektor perkebunan, terutama kebun karet tidak lagi memberikan jaminan untuk kehidupan. "Karet tidak lagi menjamin perekonomian masyarakat."
"Oleh sebab itu, kita harus hijrah ke sektor lain, seperti pertanian. Bertanam padi lebih menjanjikan untuk mencukupi kebutuhan keluarga," ujar Sukarmis. Untuk diketahui, sebagian besar masyarakat Kuansing hidup dari sektor perkebunan.
Kalau memang sektor karet tak lagi memberi kehidupan, harus berpindah. Pemerintah siap mendorong, agar masyarakat lebih kreatif dalam mengolah sumber daya alam.
Bupati berharap masyarakat membentuk lembaga perekonomian baru, seperti koperasi. Karena, koperasi bisa menjawab semua tantangan, ketika perekonomian lemah.
"Harga karet, jauh lebih mahal di koperasi bila dibandingkan dengan tengkulak kebanyakan. Kalau bisa, buat koperasi untuk pemasaran beras," pungkas Bupati. (adv/humas)
Situasi ini mendapat perhatian dari Bupati Sukarmis. "Saya sangat prihatin, harga karet yang murah dan tidak menentu. Ada yang Rp5.000, Rp6.000, tak ada yang stabil," ujar bupati beberapa hari lalu. Ia menyatakan, hingga saat ini pemerintah belum bisa memberikan solusi.
Meski demikian, berharap masyarakat tidak lagi menggantungkan hidup dari sektor perkebunan. Karena, sektor perkebunan, terutama kebun karet tidak lagi memberikan jaminan untuk kehidupan. "Karet tidak lagi menjamin perekonomian masyarakat."
"Oleh sebab itu, kita harus hijrah ke sektor lain, seperti pertanian. Bertanam padi lebih menjanjikan untuk mencukupi kebutuhan keluarga," ujar Sukarmis. Untuk diketahui, sebagian besar masyarakat Kuansing hidup dari sektor perkebunan.
Kalau memang sektor karet tak lagi memberi kehidupan, harus berpindah. Pemerintah siap mendorong, agar masyarakat lebih kreatif dalam mengolah sumber daya alam.
Bupati berharap masyarakat membentuk lembaga perekonomian baru, seperti koperasi. Karena, koperasi bisa menjawab semua tantangan, ketika perekonomian lemah.
"Harga karet, jauh lebih mahal di koperasi bila dibandingkan dengan tengkulak kebanyakan. Kalau bisa, buat koperasi untuk pemasaran beras," pungkas Bupati. (adv/humas)