6 Warga Sabak Auh tak Kunjung Pulang
SIAK (riaumandiri.co)-Sedikit demi sedikit, cerita tentang masyarakat Riau yang bergabung dengan organisasi Gerakan Fajar Nusantara alias Gafatar, terus terungkap. Seperti yang terjadi pada enam warga Kecamatan Sabak Auh, Kabupaten Siak.
Diduga bergabung dengan organisasi itu, hingga saat ini keberadaan mereka tak lagi diketahui alias hilang begitu saja. Hingga saat ini mereka pun tak kunjung pulang ke kampung mereka.
Sementara itu di Kota Dumai, organisasi masih terdaftar di Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Dumai hingga tahun 2018.
Latar belakang warga Sabak Auh yang menghilang itu, juga beragam. Mulai dari PNS, guru hingga mahasiswa. "Sampai sekarang mereka tak bisa lagi dihubungi," ungkap Camat Sabak Auh, Suparni, Kamis (28/1),
Dikatakan, di antara mereka adalah keluarga Zulkifli bersama istrinya Yuli, yang tercatat sebagai guru berstatus PNS di Langkah, Kecamatan Siak Kecil. Begitu pula anaknya Arya. Mereka bertiga diketahui menghilang sejak enam bulan yang lalu. Belakangan diketahui, seluruh aset mereka telah dijual.
"Kita tanya sama guru satu tempat kerja Yuli di SMPN 01 Langkat, kabarnya Yuli memang sudah lam tidak masuk mengajar," kata Suparni.
Selanjutnya Siti Aisah Al, warga Kampung Pedada yang juga pergi bersama suaminya Bagaskara dan putrinya Nurhaliah. "Kuat dugaan Bagaskara adalah pengurus Gafatar," kata Suparni.
Begitu pula Ulfa Sri Nanda, warga Dusun Sungai Bayam, Kampung Rempak, yang juga mahasiswi jurusan Administrasi, Fakultas Fisip Universitas Riau. Pencarian sudah dilakukan hingga ke Jawa, namun gadis itu tak kunjung ditemukan.
Dituturkan Suparni, dari hasil investigasi yang dilakukan pihak kecamatan bersama pemerintah Kampung, diketahui mereka sudah membuat gerakan Gafatar di kampung itu sejak tahun 2012. Awalnya dengan melakukan kegiatan sosial.
"Awalnya mereka buat kegiatan sosial, namun ketika itu belum tampak ada ke arah paham menyimpang," kata Suparni.
Namun di kemudian hari kelompok Gafatar mulai bergabung dengan pengajian, masyarakat tidak menerima paham yang disebarkan, hingga akhirnya mereka merasa tersisih dan pergi meninggalkan kampung halaman.
Hal senada juga diungkapkan Kepala SMPN 04 Kecamatan Siak Kecil, Bukhori. Menurutnya, Yuli memang sudah lama menghilang. Karena itu, ia pun sudah melaporkan hal itu ke Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis.
"Akhir Desember Yuli ada telepon saya, mengaku di Ternate, mau pulang tidak ada ongkos. Dia minta tolong kirimkan gajinya untuk ongkos pulang. Jujur saya merasa ditipu. Tapi kami jelaskan gaji itu hanya bisa diberikan kepada yang bersangkutan," ujarnya.
Sementara Prawi Ades, kerabat Ulfa Sri Nanda, juga mengakui ada perubahan drastis pada gadis itu, sejak bergabung Gafatar. Ulfa yang awalnya pendiakan, kemudian berubah aktif di berbagai kegiatan sosial, sehingga cenderung mengabaikan aktivitas di kampus. Bahkan Ulfa juga dipercaya menjadi pembicara pada kegiatan Gafatar di kota besar lain.
"Kami mulai sadar kalau Gafatar menyimpang saat berdiskusi dengan Ulfa soal agama, dia menyampaikan akan ada Nabi baru setelah Nabi Muhammad SAW. Nabi yang disebut ke 26 itu dikatakan akan lahir di pulau Jawa, kami sangat terkejut dan meminta Ulfa sadar, ingat Islam yang benar dan ingat kepad orang tua, namun dia malah bilang setiap orang punya paham masing-masing," kata Ades.
Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Siak Nurmansyah saat dikonfirmasi mengaku belum mendapat informasi terkait adanya warga Kabupaten Siak yang bergabung di Gafatar dan membutuhkan pembinaan.
"Kami belum dapat informasi, tapi kalau memang ada warga eks Gafatar yang pulang, kami Dinas siap melakukan pembinan," kata Nurmansyah.
Hingga 2018
Sementara itu, Kepala Seksi II Bidang Intelijen Kejaksaan Tinggi Riau, Deni Anteng Prakoso, mengatakan, dari pemantauan pihaknya, diketahui Gafatar Kota Dumai masih terdaftar di Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Dumai hingga tahun 2018.
"Hal itu berdasarkan SKT (Surat Keterangan Terdaftar,red) di Kesbangpol Kota Dumai," ujarnya.
Kendati begitu, Deni meyakini organisasi ini tidak aktif melakukan kegiatan keorganisasian. "Kita sudah melakukan pemantauan ke sana. Organisasi ini tidak eksis lagi. Tidak ada lagi melakukan kegiatan keorganisasian. Sehingga kondusifitas Kota Dumai masih terjaga," lanjutnya.
Dari pemantauan pihaknya, secara umum kegiatan keorganisasian Gafatar di Riau tidak berjalan lagi. "Kami juga pantau sekretariatnya (Gafatar,red) di (Jalan) Arifin Ahmad Pekanbaru. Di sana juga tak ada lagi kegiatan keorganisasiannya," tambahnya. (lam, dod)