Melahirkan Bintang Sepak Bola (Tamat)
Indra Sjafri mengakui menemui banyak kesulitan ketika harus menetapkan pilihan terhadap seorang pemain, ketika menggawangi timnas U19. Di Indonesia ini banyak sekali bakat alam, namun tidak terasah dengan baik, sehingga kilauannya tidak maksimal.
"Seharusnya sejak awal mereka sudah dipoles oleh pelatih, dengan mengenalkan skema permainan, pemahaman strategi bermain serta yang paling utama adalah visi dalam bermain bola. Banyak bakat alam yang saya pantau cenderung bermain secara sporadis, tidak dalam sebuah kerangka tim," akunya.
Di sisi lain, hampir 85 persen pelatih SSB di Indonesia adalah mantan pemain bola yang tidak memiliki lisensi kepelatihan. Hanya dengan bermodal komitmen, namun berdampak pada materi latihan yang diberikan pada siswa, karena tidak terstruktur sesuai dengan kurikulum.
SSB di tanah air juga memiliki sejumlah persoalan yang mendesak harus difikirkan pengelolanya, seperti masalah ketersediaan infrastruktur dan keuangan yang kembang kempis.
Salah satu tujuan dari kehadiran kompetisi LIBRA Indonesia ini, merupakan langkah awal untuk membenahi sistem pembinaan seluruh SSB yang ada di tanah air. Dengan menerapkan sentuhan profesional, LIBRA Indonesia diharapkan akan menjadi wadah pembinaan sepak bola nasional yang sesungguhnya, di level usia muda.
Seluruh persoalan yang saat ini masih menggelayuti seluruh pengelola SSB, harus dikelola dengan baik untuk dicarikan solusinya. Termasuk dengan menyatukan visi pembinaan di setiap SSB, agar di masa mendatang benar-benar dikelola menurut aturan manajerial.
Panataan tata kelola SSB ini bagi LIBRA Indonesia, tidaklah sekedar wacana. Kontrak kerja sama jangka panjang dengan Bank BRI Syariah sebagai co-branding LIBRA Indonesia, telah membuka kontak SSB dengan pelaku dunia usaha.
Dunia usaha inilah yang sesungguhnya bisa diarahkan untuk menjadi bapak angkat atau pembina tetap sebuah SSB. Sehingga, di tatanan organisasi pengelola SSB dengan sendirinya telah memiliki tempat mengadu, dan ke depan tentunya akan membuka peluang usaha untuk menghidupi SSB tersebut.
Ke depan, komunikasi yang terus dibangun dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga RI, diharapkan sedikit membuka ruang dan pemahaman bagai pemerintah daerah, untuk menerbitkan kebijakan terhadap masa depan SSB di daerah.
Penyatuan Visi
Sebuah konsep sebenarnya dapat mengalir dan berkembang dengan sendirinya, tanpa harus terhambat dengan situasi dan kondisi apapun. Namun kenyataannya, setelah bertahun lamanya berdirinya SSB di tanah air, keberadaannya seakan terkesan jalan di tempat.
Hal ini sudah tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi seluruh stake holder sepak bola. Motivasi dan niat yang demikian tulus tersebut, tidak seharusnya terbentur dengan segudang kendala yang tak perlu ada.
Visi pembinaan yang dimiliki setiap SSB hendaknya disatukan dan dituangkan dalam sebuah konsep nyata yang terlembaga dengan baik. Dalam tahap implementasi dan penerapannya, hendaklah bersinergi pada muara pembinaan yakni pembentukan Timnas Kelompok Usia.
Artinya, kelembagaan tersebut harus berafiliasi dengan instistusi yang lebih tinggi, terkait keorganisasian dan keberadaan SSB sebagai lembaga pendidikan olah raga non formal. Dan induk organisasi sepak bola secara materi kurikulum atau progres pembinaan kelompok usia.
Tentunya, seluruh program yang ditata sedemikian rupa, bakal memiliki nilai tawar yang lebih baik bagi pengelola SSB untuk mendapatkan insentif atau bantuan yang lebih terarah dan berkelanjutan dari seluruh stakholder sepak bola dan swasta.
Tanpa harus menutupi ruang dan kesempatan bagi pihak yang ingin berkontribusi bagi sepak bola, kompetisi LIBRA Indonesia sebagai salah satu kompetisi SSB di tanah air , bakal mampu mensinergikan seluruh visi pem binaan tersebut, dengan adanya lembaga yang mampu menata regulasi dan operasional kompetisi ini.
Bahkan, Piala Menpora yang selama ini lebih fokus untuk mensuplai calon pemain Timnas U16, dapat dikembangkan menjadi turnamen yang lebih terbuka bagi kelompok usia tertentu, yang menjadi ranah SSB.
Kelahiran kompetisi LIBRA Indonesia ini barulah sebuah langkah awal dari sebuah komitmen terhadap pembinaan sepak bola nasional. Dibutuh kan konsistensi, komitmen dan dukungan penuh seluruh pihak agar perjalanan yang panjang menuju terbentuknya Timnas yang tangguh ini, tidak hanya menyisakan cerita luka bagi generasi berikutnya.